Minggu, 21 Desember 2008

yg keren ngapain y?

BiNGuNG...

badan lemes banget, ngantuk, tapi males tidur. setelah lebih kurang 2 bulan disibukkan dengan segala macam tugas, urusan, kegiatan, dan kerjaan, akhirny diberi kesempatan utk beristirahat sejenak tanpa ad hal apapun yg perlu dilakukan.

pertanyaan yg sampai sekarang masih menggantung di kepala adalah “sekarang mau ngapain ya??”
BiNGuNG...

badan lemes banget, ngantuk, tapi males tidur. setelah lebih kurang 2 bulan disibukkan dengan segala macam tugas, urusan, kegiatan, dan kerjaan, akhirny diberi kesempatan utk beristirahat sejenak tanpa ad hal apapun yg perlu dilakukan.

pertanyaan yg sampai sekarang masih menggantung di kepala adalah “sekarang mau ngapain ya??”

Rabu, 19 November 2008

Jawaban terfavorit kandidat calon Ketua BEM F. Psikologi UI pada saat Deboks “Akhyar vs PsyCamp”

Tulisan ini terinspirasi oleh tulisan saudara Dion tentang Debat dan Eksploring kandidat pasangan calon Ketua BEM F. Psikologi UI. Di tulisan tersebut dion menanyakan tentang apakah ada pertanyaan, jawaban, dan atau tanggapan terfavorit dari jalannya acara Debat Kandidat dan Eksploring Pasangan (Deboks) Calon Ketua Bem F. Psikologi UI. Yang terlintas di pikiran saya adalah jawaban saudara Akhyar (Kandidat No.1) terhadap pertanyaan saudari Edina ’06 soal tanggapan para kandidat terhadap salah satu acara besar BEM yaitu Psycamp.

Jawaban yang dilontarkan Akhyar membuat kening saya berkerut. Dari jawaban yang Akhyar berikan saya menyimpulkan bahwa :

1. Akhyar tidak tahu acara PsyCamp itu seperti apa. Wajar saja karena mungkin dia tidak pernah ikut. Tidak bisa disalahkan kalau dia tidak mencalonkan diri jadi Ketua Bem F. Psikologi UI. Tapi, karerna dia berniat untuk maju jadi Calon Ketua BEM F. Psikologi UI, tentu lain ceritanya.
2. Akhyar sudah mempunyai asumsi bahwa PsyCamp tidak/ mungkin tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dia anut. (Disinilah masalah utamanya)
3. PsyCamp bukanlah acara yang nantinya akan tetap dilaksanakan bila dia terpilih menjadi Ketua BEM F. Psikologi UI.

Agar tidak menimbulkan buruk sangka terhadap penafsiran saya dan isi dari tulisan ini, saya berusaha untuk menuliskan pertanyaan dan jawaban yang jadi bahan pembicarann pada tulisan ini. Jadi, teman-teman yang tidak sempat menyaksikan Deboks bisa mengetahui dan membuat pendapat yang objektif. Seperti ini kira-kira :

Edina : Bagaimana pandangan para kandidat terhadap acara PsyCamp :
Akhyar : Jika sebuah acara BEM (dalam hal ini PsyCamp) memiliki (mencerminkan) nilai-nilai yang saya anut, maka saya akan melaksanakan (membuat) acara tersebut. Tapi bila tidak, maka acara tersebut tidak perlu dilaksanakan.

Begitulah kira-kira cuplikan salah satu adegan pada acara Debat dan Eksploring kandidat pasangan calon Ketua BEM f. Psikologi UI yang berlangsung pada Hari Selasa, tanggal 18 November 2008 sekira pukul 19:30 WIBE. (Waktu Indonesia Bagian Esia ^_^). Dari jawaban saudara Akhyar tersebut, saya menyimpulkan bahwa sebenarnya saudara Akhyar tidak mengetahui bentuk dan isi acara PsyCamp seperti apa. Dan Akhyar memiliki asumsi bahwa acara Psycamp tidak/ mungkin tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dia anut. Sebenarnya saya ingin menanyakan lebih jauh tentang hal ini. Tapi saya memberikan kesempatan kepada teman-teman yang lain untuk bertanya terlebih dahulu. Lalu, Dion mengajukan pertanyaan yang kebetulan hampir sama dengan saya. Seperti ini cuplikannya :

Dion : Saya ingin menanyakan kepada saudara Akhyar, sebenarnya nilai-nilai yang anda anut itu seperti apa?
Akhyar : Nilai-nilai yang saya anut ada tiga. Pertama Tauhid. Yang dimaksud dengan Tauhid adalah nilai-nilai ketuhanan (redaksional ini sudah disadur menurut pemahaman penulis). Kedua adalah nilai-nilai kemanusiaan. Dan yang ketiga adalah demokrasi. Bila sebuah acara tidak mencerminkan ketiga nilai ini, maka acara tersebut tidak akan saya laksanakan.
Dion : Hanya dua kata. Tidak dan Konkret. Tidak Konkret.

Melihat adegan barusan, saya kembali mengerutkan kening. Bila mengikuti hukum Silogisme, maka kesimpulan yang saya miliki adalah, Akhyar mengangap bahwa Psycamp tidak/ mungkin tidak sesuai dengan nilai-nilai Tauhid, Kemanusiaan dan Demokrasi. Sebuah kesimpulan yang memancing keinginan saya untuk menanyakan lebih jauh mengenai masalah ini. Sayangnya, saya memiliki sebuah kewajiban yang lebih penting untuk dilaksanakan. Maka dengan hati masih gelisah, saya meninggalkan tempat kejadian perkara. Dengan harapan, bila kewajiban saya terssebut sudah selesai saya laksanakan, maka saya akan kembali lagi untuk menanyakan kembali mengenai masalah ini. Sayangnya, Deboks sudah berakhir saat saya sudah selesai melaksanakan kewajiban saya tersebut. Walhasil, sampai dengan saat tulisan ini diturunkan, saya masih menyimpan sebuah pertanyaan besar. Semoga dengan tulisan ini, kegelisahan saya dapat tersalurkan. Alangkah lebih baik lagi bila saya mendapatkan klarifikasi dari pihak bersangkutan.

Maaf, saya tidak bermaksud untuk mendiskreditkan saudara Akhyar dengan tulisan ini. Saya hanya berusaha untuk menyampaikan pendapat mengenai persoalan ini. Karena menurut saya, ini adalah masalah penting. Masalah yang menguasai hajat hidup orang banyak, termasuk saya. Dan tidak saya pungkiri, mungkin saya adalah pihak yang merasa paling berkepentingan dalam masalah ini.

Yang berbicara mengenai Psycamp tadi adalah calon orang nomor satu di lembaga kemahasiswaan F. psikologi UI. Yang kemungkinan perkataannya akan didengar dan bahkan diamini oleh teman-teman yang lain. Bayangkan bila teman-teman yang belum pernah ikut Psycamp mendengar jawaban ini dan memiliki asumsi yang sama dengan saya. Bahwa menurut Akhyar, Psycamp tidak/ mungkin tidak sesuai dengan ketiga nilai tadi. Ada kemungkinan akan timbul keraguan dalam hati teman-teman tentang bentuk dan isi dari acara Psycamp. Akibatnya adalah Psycamp akan sepi peminat. Saya sebagai seorang yang menggandrungi acara Psycamp tentu akan kecewa.

Sekedar pemberitahuan dan pendapat saya menanggapi pernyataan saudara Akhyar. Pertama soal nilai ke-Tauhid-an. Dalam acara Psycamp, diberikan kesempatan kepada teman-teman untuk melaksanakan kewajiban untuk menyembah Tuhan. Terutama bagi teman-teman yang beragama Islam. Waktu sholat pasti diperhitungkan. Acara Psycamp tidak melanggar hak peserta yang paling asasi yaitu beribadah kepada Tuhan. Bagi yang ingin sholat diperkenankan, tidak dihalangi-halangi. Bahkan untuk Psycamp tahun ini, tim Advance sudah berencana untuk membuat mushola untuk memfasilitasi peserta untuk sholat. Sayangnya tidak ada kebutuhan yang mendesak untuk membuat Gereja, Pura atau Vihara. Jika memang dibutuhkan, maka panitia pasti akan berusaha untuk menyediakan. Dari hal initergambar secara jelas, bahwa Psycamp sesuai dengan nilai ke-Tauhid-an.

Kedua mengenai nilai Kemanusiaan. Acara Psycamp sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Tidak hanya melalui omongan, melainkan melalui tingkah laku nyata yang ditampilkan dan dapat disaksikan. Untuk saudara Akhyar dan teman-teman ketahui, dalam rangkaian acara Psycamp ada acara Bakti Sosial yang ditujukan kepada penduduk sekitar tempat acara Psycamp berlangsung. Dalam acara ini para peserta dan juga panitia berkesempatan untuk bersentuhan langsung dengan penduduk asli sekitar. Ada berbagai macam acara yang melibatkan peserta dan penduduk secara bersama-sama. Saya ingat kejadian Psycamp tahun kemarin, dimana saya dan peserta serta panitia bermain tarik-tambang bersama penduduk sekitar (Alhamdulillah kami menang ^_^). Keakraban dan keceriaaan terpancar disana. Menurut saya, hal ini mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan. Tolong betulkan bila saya salah mengartikan tentang nilai-nilai kemanusiaan.

Ketiga mengenai nilai-nilali demokrasi. Pada poin ini, saya sangat salut dengan konsep acara Psycamp yang sangat mengedepankan nilai-nilai ini. Untuk diketahui bersama, dalam acara Psycamp, tidak ada penggolongan berdasarkan strata. Baik S1, S2, Dosen Karyawan, Alumni, dan bahkan Manajer Kemahasiswaan pun melebur menjadi satu identitas yaitu civitas akademi F. Psikologi UI. Di acara Psycamp ini saya mendapati sebuah lingkungan dimana kita -yang dalam kesehariannya sebagai mahasiswa memiliki atribut yang melekat yang kadang menyulitkan untuk saling berkomunikasi dan bersosialisai- tidak lagi memperdulikan latar belakang angkatan, status dan berbagai macam atribut sosial lainnya. Sehingga saya merasakan bahwa semua peserta memiliki hak, kewajiban dan bahkan derajat yang sama. Tentunya tidak menafikkan masalah usia. Tidak serta merta orang yang sudah selayaknya menjadi bapak kita -seperti pakde Ibud, mas Aten dan mas Pur- kita perlakukan sama dengan teman-teman lainnya. Ada nuansa kebersamaan dibalut nilai-nilai kesopanan dalam pergaulan antar peserta Psycamp baik mahasiswa, alumni, Dosen maupun Karyawan. Sungguh sebuah hal yang tidak mungkin saya dapatkan dalam kehidupan keseharian saya sebagai mahasiswa.

Menurut penilaian saya, seharusnya acara Psycamp dapat menjadi sebuah acara wajib yang diikuti oleh seluruh mahasiswa, terutama mahasiswa baru. Karena dalam acara Psycamp ini kita berkesempatan untuk saling mengenal satu sama lainnya dengan melepaskan segala atribut sosial yang melekat dalam diri kita. Acara Psycamp ini dapat menjadi sebuah media penyesuaian diri bagi Maba. Setelah mengikuti alur acara penyesuaian diri di kampus yang berbau serius, Maba dapat menyesuaikan diri kembali dalam suasana yang santai. Acara yang menawarkan kebersamaan dibalut nilai-nilai kesopanan. Yang saya yakin, dalam situasi seperti ini, proses penyesuaian diri maba akan lebih efektif dan optimal. Saya mengharapkan adanya komentar mengenai pendapat saya barusan.

Melalui tulisan ini, sekali lagi saya tegaskan bahwa saya tidak bermaksud mendiskreditkan saudara Akhyar, atau siapapun yang merasa. Saya hanya bermaksud menyampaikan pandangan saya, bahwa acara Psycamp adalah sebuah acara yang berlandaskan nilai-nilai kebaikan. Seperti nilai-nilai ke-Tauhid-an, Kemanusiaan, Demokrasi, dan yang paling penting adalah nilai Kebersamaan dan Persaudaraan. Semoga tulisan ini dapat memberikan pemahaman yang benar kepada teman-teman yang belum tahu acara Psycamp ini seperti apa. Terutama kepada saudara Akhyar, seseorang yang mungkin akan memimpin kegiatan kemahasiswaan di Fak. Psikologi UI selama satu tahun ke depan bila terpilih nantinya. Semoga dengan tulisan ini, Anda tidak melakukan penilaian hanya berdasarkan asumsi. Karena keputusan dan kebijakan yang anda buat, bila terpilih tentu saja, mempengaruhi hajat hidup seluruh civitas akademi Fak. Psikologi Universitas Indonesia.

Psikologi UI tercinta . . . . .
YELL GUYS. . . .

Minggu, 16 November 2008

“Prang!”...

“Prang!”...

Gw yang lagi mau beranjak pulang dibingungkan oleh suara keributan yang ditimbulkan oleh bunyi botol pecah. Gw liat keadaan. Di depan mata gw, sekira 20 meter di depan, gw liat ada seorang anak yang jatuh tepat di depan mobil Cherio hitam. Tuh anak jatoh karena dikejar-kejar beberapa anak lainnya yang nyambi ngelemparin botol kearah tu anak. Tiga orang anak lainnya, yang kemungkinan sekelompok sama anak yang jatoh itu berusaha melarikan diri. Mereka berlari ke arah gw. Satu orang anak, mengalihkan tujuan, berlari agak melipir ke kanan. Karena ketakutan tu anak ga liat ada mobil di depanya dia. Walhasil tuh mobil ditabraknya. Baru kali iningeliat ada orang nabrak mobil. Biasanya kan sebaliknya.

Yang dua lagi bener-bener lari ke arah gw. Dari mukanya yang ketakutan gw menyimpulkan anak-anak ini adalah korban. Jadi gw kasih mereka jalan. Tapi takdir berkata sebaliknya, dua orang anak ini akhirnya ditangkep sama orang yang kebetulan ada di samping gw. Setau gw, ne orang emang jeger daerah pertokoan ini. Di yang megang parkiran. Tanpa banyak bicara, ne orang langsung mukulin anak-anak ini. Gw bingung. Melongo sambil memperhatikan kejadian.

“Gw yang dibotolin bang! Bukan gw yang salah!”...
“Tapi lo khan yang ribut barusan?! Dasar gembel lo!”... Bak, buk.
“Anak-anaknya Acul yang ngebotolin gw duluan bang”...
“Alaah, ga usah ngebacot lo. Udah mending lo cabut dari sini!”... bak, buk.
“Udah bang, biarin mereka pulang. Udah cukup!”... akhirnya gw angkat suara.
“Mendingan kita urusuin yang di sana, masih pada rame tuh”, gw ngasih saran untuk menuju tempat kejadian perkara yang sebenarnya. Di sebuah perempatan jalan, di depan sebuah Cherio hitam. Seorang anak yang tadi gw liat jatuh tepat di depan roda depan mobil itu, sekarang jadi bulan-bulanan beberapa oknum polisi tanpa seragam. Wajar aja banyak polisi di sini. Kelapa dua adalah markas sebuah satuan kepolisian yang kinerjanya mengatasi kerusuhan sudah terbukti. Aneh-aneh aja, cari ribut kok di kandang macan.

“Kamu nih, cari gara-gara aja di sini. Udah kuat apa?!”... bak, buk. Beberapa oknum menginterogasi bocah itu sambil menghadiahkan bogem mentah ke arah wajah itu bocah yang sudah berlumuran darah. Jeger yang tadi bareng gw, ikut-ikutan mukulin.
“Siapa yang salah?! Anak-anak gw yang dibotolin duluan ma Acul”, tuh bocah berusaha ngebantah.

Adegan pemukulan tadi masih berlanjut, di tengah-tengah jalan yang akhirnya makin macet. Gw jadi bingung sebenernya siapa yang salah. Ne bocah udah berlumuran darah, setau gw dia orang juga yang tadi hampir kelindes mobil sambil di lemparin botol sama beberapa anak lainnya. Penampilan ni bocah eksentrik banget. Tindikan hampir menutupi seluruh muka. Baju “nyetreet” abis. Celana pensil menggantung di atas mata kaki. Rambut di cet dengan warna ga jelas apaan. Setau gw dia orang emang pengamen yang biasa mangkal di prapatan Gundar ini.

Dengan muka kesel, ne anak beranjak untuk pulang. Menjauh dari keramaian orang-orang yang dari tadi mukulin dia. Sambil melontarkan caci maki dan umpatan ke arah orang-orang tersebut.
“Anjrit lo semua, liat aja, gw ingetin muka lo semua atu-atu. Gw, Abel, bakal balik lagi”
Mendengar bocah ini masih sesumbar, para oknum yang tadi sudah merelakan anak ini untuk pulang, kembali mengejar dan memukuli lagi, dan lagi. Hebatnya, anak ini, yang mengaku bernama Abel, tetap bergeming pada saat dipukuli. Kuat banget ne anak, begitu batin gw.
“Udah lo mending pulang aja sekarang”... sebuah suara yang gw ga tau punya siapa menyuruh Abel untuk segera beranjak dari keributan ini.
“Dari tadi gw juga udah pengen pulang. Lo-lo pada aja yang an***g masih mukulin”... rupanya api kemarahan masih menyala di dada ini bocah. Hebat
“Yeee ne anak!”.. bak, buk... lagi-lagi pukulan dan bahkan tendangan diarahkan oleh beberapa orang ke tubuh Abel. Gw sempet liat beberapa orang yang baru saja bergabung, yang ga tau masalahnya apaan, tidak mau melewatkan kesempatan untuk latihan tinju. Badan Abel udah kayak samsak aja rasanya.

Karena gw makin bingung ama apa yang terjadi, dan ga mau makin bingung lagi, gw putuskan untuk menjernihkan keadaan. Dengan dalih membuat kemacetan, beberapa oknum polisi tadi gw minta untuk menyingkir dari jalanan. Dan untuk Abel, tentu saja gw suruh pulang. Gw ga berani untuk menyatakan bahwa memukuli Abel itu salah, karena gw emang ga tau duduk perkaranya, cuma asumsi gw aja yang mengira kalo Abel pasti korban. Lha wong dia masih aja berani berkoar membela diri, padahal jelas-jelas resikonya mukanya makin ancur. Kalo dia salah, menurut gw sich dia ga akan berani kaya gini. Alesan lain adalah gw takut, bisa-bisa gw dikeroyok sama orang-orang tersebut. Jadilah alesan kemacetan gw ajukan. Untungnya orang-orang ini sepakat sama gw. Walhasil redalah keributan tersebut. Abel pun berjalan pulang.

Adegan terakhir dari kejadian ini sangat mengharukan. Acul yang dari tadi di sebut-sebut Abel, akhirnya menghampiri Abel yang udah berjalan agak jauh dari kerumunan orang yang mukulin dia tadi.
“Kok jadi gini sich Bel?”... Acul buka suara duluan.
“Harusnya gw yang nanya Cul, ngapain lo ngebotolin anak-anak gw duluan?!”... Abel turut beromentar.
“Ya udahlah Bel, kita damai aja yach. Mendingan lo pulang. Bersihin luka-luka lo itu ya fren. Maafin gw yach”... Acul ngomong gitu ke Abel sambil menangkupkan kedua tangan di depan muka, tanda permohonan maaf. Kejadian selanjutnya Acul merangkul Abel dan mencium kepala Abel kayak ungkapan rasa sayang. Hal ini mudah untuk dilakukan mengingat tinggi Abel hanya sebatas pundak Acul. Gw agak terharu ngeliat pemandangan barusan. Akhirnya mereka berdua berpelukan. Lalu Abel pun berpamitan untuk pulang. Selang beberapa detik kemudian, sosok Abel udah ga ketangkep penglihatan gw. Gw cuma bisa liat Acul berjalan dengan gagahnya menuju ke arah jalan Raya Bogor. Melewati kerumunan oknum-oknum tadi, menundukkan sedikit kepala sambil pamit pulang.

Sekedar informasi, adegan mereka berdua ini terjadi di tengah-tengah jalan Akses UI, Kelapa Dua arah jalan Raya Bogor. Udah bisa ditebak dong, kalo aksi dari mereka berdua ini menyebabkan kemacetan.

Karena gw pikir masalah udah kelar, gw beranjak pulang. Motor gw starter dan gw lajukan pelan-pelan melewati kerumunan orang-orang tadi. Obrolan mereka sedikit terdengar, beberapa orang sedang menjelaskan duduk perkaranya, beberapa yang lain menyatakan pendapatnya. Gw ga mau ambil pusing, motor tetap gw lajukan perlahan. Lewat prapatan gundar, sehabis lampu merah, gw liat Acul berjalan dengan gerombolannya. Karena motor masih pelan, obrolan mereka bisa gw dengar.

“Lo liat khan tadi muka Abel yang bengep? Biar rasa tuh anak. Ha ha ha”.. Acul dengan jumawanya berbicara kepada beberapa anak lain yang keliatan lebih muda dari dia. Gw geleng-geleng kepala. Motor pun akhirnya gw ajukan makin kencang. Menuju rumah.

Kisah ini benar-benar terjadi pada hari Sabtu 15 November 2008, sekitar jam 7 malam. Dialog didalamnya tidak seperti bagaimana adanya. Sudah gw sadur berdasarkan pemahaman gw pribadi, tapi berlandaskan kejadian yang sebenarnya. Saat menulis kisah ini pun gw geleng-geleng kepala.

Laki-laki yang memaki hari

Kupijakkan kaki di sebuah ruang tempat para cendikia melacurkan diri
Barang dagangan abad 21, jaminan mutu tentu
Dibiakkan oleh kerelaan jelata menyisihkan keringat
Jelata yang menjerit, didekat telinga yang tersumbat

Kulirikkan mata mencari asal suara
Ternyata berasal dari jubah bersulam permata di sebelah kanan dada
Simbol perjuangan
Perjuangan mempertahankan kondisi pasar dan dagangan

Aku, laki-laki yang memaki hari
Dengan seribu umpatan berloncatan keluar dari celah antara dua bibir
Kenapa???
Kaubiarkan semua terjadi, dibawah pandangan matamu yang kan hilang berganti malam

Aku, laki-laki yang salahkan malam
Yang melaksanakan tugasnya dengan tanpa ada sedikitpun keraguan
Menggantikan siang saat masalah belum terselesaikan
Ah, alamat masalah kan terulang

Aku, laki-laki yang menundukkan kepala
Sebentar kemudian mengheningkan cipta
Bermunajat
Berdo’a

Aku, laki-laki yang percaya Tuhan
Tak lagi kugunakan perasaan
Mencari pembenaran untuk membela kebenaran
Hanya bermodalkan sebuah keyakinan

Aku, laki-laki yang menyeru
Kepada semua yang takkan mendengar
Lubang kuping tersumbat benda tebal
Tumpulkan pikiran dan rasa kepedulian

Aku, laki-laki yang menyadari
Sebatas ini daya yang kupunya
Kan kurangkai sebuah cerita

Aku, laki-laki
Aku, takkan lari
Aku, berjuang sendiri
Aku, laki-laki

1 November 2008, Pukul 18:36 WIB

Saat rasa sayang lo ke seseorang mengharuskan lo untuk menjauhinya. Apa yang lo lakukan?

Ketika kasih sayang tulus yang berusaha lo berikan ke dia malah menyakitinya, masihkah lo berusaha untuk memberikannya?

Dimana ada keadaan yang memaksa lo untuk berpura-pura tak ada lagi dia dalam pikiran, perasaan, tindakan, dan kehidupan lo, gimana cara nyikapinnya?

-----------

Saat ini gw bertanya, karena emang gw ga tau jawabnya.

Ketika ada yang memberikan jawaban, kata tidak pasti gw ucapkan.

Dimana ada kemauan pasti ada jalan. Berarti udah ga ada jalan buat gw, karena mau aja ga gw punya.

Minggu, 02 November 2008

Jam sudah menunjukkan angka 17:20 WIB. Kerja kelompok yg seyogyanya dimulai pukul 12:30 WIB, sampai saat ini belum dimulai juga.

Hujan deras yg mengguyur kawasan depok dan sekitarnya, membuat teman2 sekelompok terjebak di tempat nyaman masing2 tanpa bisa bergerak menuju tempat yg dijanjikan. Sudah lama menunggu, alamat menunggu tanpa tahu waktu. ahh.. Kalau begini caranya, lebih baik kerjakan sendiri saja.

dibuat di sebuah tempat yg seharusnya melenakan tubuh untuk terus duduk, namun menunggu sebuah hal yg tak tentu membuat tempat ini seakan mengusirku.

Minggu, 26 Oktober 2008

Keburukan system Kapitalisme Part 1: Bunga Bank

Beberapa hari ini gw dapet telepon yang menawarkan gw pekerjaan untuk jadi broker saham di gedung BEJ. Iming-iming yang ditawarkan sangat menggiurkan memang, tapi dengan kesadaran penuh dan tanpa ragu-ragu, gw tolak tawaran itu. Menurut pemahaman gw yang dangkal, gw mengira bahwa system jual-beli saham dan valas tuh termasuk riba. Gw ga dapet pemahaman ini dari guru agama, belajar otodidak aja, dan mengandalkan penalaran logis gw. Setelah kejadian itu gw makin penasaran dan akhirnya mempertanyakan pemikiran gw mengenai system ini. Soalnya, karena asumsi gw itu, gw udah nolak kesempatan besar di depan mata. Iya kalo bener, kalo salah khan saying. Hehehe. Jadi, bener ga sich jual beli saham dan valas tuh termasuk riba?

Solusi paling mudah dan murah untuk mencari informasi adalah internet. Tanya aja sama bang Google, pasti semua pertanyaan kejawab. Hehehe. Cara ini lah yang gw lakukan, tapi jawaban yang diberikan oleh bang Google, jauh melebihi harapan gw. Dari pelajaran mengenai riba, yang cuma ngulang apa yang gw dapet di sekolah, gw dikejutkan akibat yang disebabkan oleh berlakunya system riba ini. System sederhana semacem riba, udah disulap jadi sebuah system ekonomi yang dipakai oleh hampir seluruh Negara didunia. Riba berkembang menjadi system ekonomi kapitalisme yang sebenarnya mengandung ancaman mengerikan. Bahkan terdapat ajang pembodohan massal di dalamnya. Parah, gw ga abis pikir kenapa system ekonomi macem ini berlaku sampai sekarang, bahkan di Negara ini. Sial, kenapa gw baru sadar sekarang.

Oke, gw ga mau bikin yang baca tulisan gw ini makin antipati sama pernyataan gw yang tergolong sinis tadi. Mungkin sebagian besar dari yang baca tulisan ini, ga tahu alesan gw ngomong gini, bahkan mungkin ga tahu apa yang sebenernya gw omongin. Baiklah, gw akan berusaha menerangkan sejauh pemahaman yang gw punya. Pertama, kita ngomongin riba. Buat yang beragama islam, (sori ga bermaksud SARA) pasti udah tahu soal hal ini karena dapet di pelajaran agama, kalo ga salah pas kelas lima. Ga tahu deh kalau sekarang kurikulum udah berubah. Menurut pelajaran agama tersebut, riba adalah sebuah system pengembangbiakan uang tanpa usaha, dan bersifat memaksa. Contoh yang paling sering dipakai adalah soal rentenir. Yaitu proses peminjaman uang dengan bunga yang besar pada saat pengembalian, yang biasanya disertai ancaman dan pemaksaan untuk mengembalikan pinjaman tersebut. Hal ini diharamkan oleh islam karena sangat merugikan. Kalau dari penjelasan sederhana ini, gw yakin semua orang pasti sepakat, bahkan yang bukan beragama islam sekalipun.

Tapi penjelasan mengenai riba ini sebenarnya dipersempit. Sebelumnya gw mau ngasih tahu, ajaran mengenai riba ini ternyata tidak hanya ada di agama islam. Dalam ajaran dua agama samawi besar lainnya, yaitu Yahudi dan Kristen, riba juga terdapat di dalam kitab sucinya, dan juga dilarang. Menurut konteks aslinya, ketiga agama ini mempunyai pengertian yang sama mengenai riba. Dan ternyata yang dinamakan riba tidak sesederhana itu. Bahkan bunga Bank dan jual beli saham serta valas juga termasuk riba.

Jadi, yang dimaksud dengan riba tidak hanya proses renten, tapi pembungaan uang dengan cara apapun adalah termasuk riba. Istilah ekonominya money makes money, uang yang menghasilkan uang, tanpa ada usaha. Baik melalui proses peminjaman yang pengembaliannya melebihi jumlah yang dipinjam, maupun dalam konteks perdagangan. Dalam hal ini contohnya adalah jual beli saham dan valas. Syarat terjadinya riba adalah sifatnya yang merugikan. Biasanya yang dirugikan adalah pihak peminjam (yang tidak mempunyai uang). Syarat ini lah yang dijadikan landasan MUI pada waktu itu memperbolehkan diberlakukannya bunga Bank dan jual beli saham dan valas. Karena mereka menganggap bunga Bank dan jual beli saham tidak merugikan. Melihat dari latar belakang pendidikan para ulama yang duduk di MUI, wajar aja mereka memperbolehkan berlakunya bunga bank dan jual beli saham dan valas, karena mereka tidak terlalu mengerti kerugian yang dapat disebabkan system ini. Padahal dengan logika berpikir awam pun bisa ketahuan sifat yang merugikan dari bunga Bank dan jual beli saham dan valas.

Bahasan ini berlanjut kepada masalah mengenai bunga Bank. Mungkin bagi kita yang menabungkan uang di Bank ga akan terlalu mempermasalahkan apakah hal ini baik atau buruk, karena bunga Bank itu menguntungkan. Lha wong dapet uang tanpa usaha, siapa yang ga mau? Tapi kalau kita mau berpikir lebih jauh, seharusnya kita perlu mempertanyakan kembali kok bisa uang kita yang seharusnya jumlah nya tetap, dengan kita taruh di Bank bisa menjadi bertambah. Padahal seharusnya kita memberikan sejumlah uang kepada pihak Bank karena telah menyimpankan uang kita dengan aman. Sebagai imbal jasa mereka yang telah menjaga uang kita tersebut. Tapi, kenapa malah kita yang diberikan imbalan karena menaruh uang kita di Bank tersebut.

Uang yang kita simpan di Bank, pastinya ga cuma ditaruh begitu saja di dalam gudang uang mereka. Uang ini akan mereka putarkan, dengan cara meminjamkan uang tersebut kepada pihak lain, baik kepada Negara (dengan cara membeli Surat Utang Negara misalnya) atau kepada perusahaan maupun perseorangan. Nah, pada proses pemutaran uang inilah Bank berusaha menghasilkan keuntungan. Uang yang dipinjamkan tersebut mereka kenakan bungan pinjaman. Dari sini syarat pertama riba terpenuhi, yaitu proses pembiakan uang tanpa usaha (money makes money). Sebelum dapat dikatakan riba, proses ini harus memenuhi syarat yang kedua yaitu merugikan. Disinilah biasanya perdebatan terjadi. Banyak yang menganggap adanya bunga adalah hal yang wajar, uang yang dipinjamkan diasumsikan dan bahkan diharuskan untuk memulai sebuah usaha yang menghasilkan uang pula, jadi wajar kalau ada bunga. Tapi, saya meminta kepada anda semua untuk menggunakan hati nurani untuk menilai hal ini. Coba pikirkan baik-baik, apakah adil bahwa hanya karena kita memiliki sejumlah uang, kita mendapatkan keuntungan dari jerih payah orang lain. Apakah hal ini dapat dikatakan wajar dan tidak merugikan. Buat gw, hal ini sangatlah tidak wajar, tidak adil dan sangat merugikan. Biarpun gw orang yang ga dapat dikatakan religius, tapi gw ga mau makan hasil dan jerih payah orang lain. Itu bukan hak gw, tapi hak mereka. Soal penilaian masing-masing orang, gw kembalikan lagi kepada diri kalian masing-masing.

Penjelasan di atas adalah penjelasan berdasarkan prinsip mikro ekonomi. Di paragraph ini gw mau mencoba menerangkan dalam paradigma makro ekonomi mengenai keburukan system bunga Bank. Sebelumnya, kita ambil contoh konkret, di Negara kita ini hanya ada satu Bank yang berhak mengeluaran uang yaitu Bank Indonesia. Misalkan pada satu tahun BI mengeluarkan uang sejumlah 1juta rupiah, dengan asumsi belum ada uang yang dicetak sebelumnya dan tidak ada pencetakan uang lagi selanjutnya. Lalu BI mulai meyebarkan uang kepada masyarakat, dengan cara meminjamkan, baik kepada bidang usaha Negara, perusahaan maupun perorangan dengan bunga misalkan 10%. Berarti dalam satu tahun berjalan jumlah uang yang harus kembali kepada BI berjumlah 1juta 100 ribu. Ingat kita andaikan BI hanya mencetak uang tidak lebih dari 1 juta dalam 1 tahun itu, dan kita andaikan tidak ada uang sebelum maupun sesudah uang itu dicetak, berarti jumlah uang yang beredar hanya sejumlah 1 juta. Lalu darimana uang 100 ribu berasal? Padahal BI harus dan akan menagih kepada peminjam uang tersebut sejumlah 1 juta 100 ribu. Tapi gw coba Tanya sekali lagi, darimana uang yang 100 didapatkan? Dari penjelasan sederhana ini bisa kelihatankan keburukan dari system bunga Bank.

Uang yang 100 ribu itu tidak akan ada karena memang tidak ada. Tapi dengan penekanan uang sejumlah tersebut harus kembali, maka setiap pihak yang meminjam uang tersebut akan berupaya keras untuk mengembalikan. Dengan sebuah konsekuensi logis dimana satu pihak akan mampu mengembalikan tapi ada pihak lain yang tidak akan sanggup mengembalikan uang tersebut walaupun dia sudah melakukan berbagai macam cara. Karena uang yang berusaha dicarinya itu memang tidak ada. Akibatnya adalah, pihak yang kalah ini akan menyerahkan asset yang dimilikinya sebagai konsekuensi pengembalian pinjaman. Dan hal ini akan terus berlanjut layaknya lingkaran setan, menghabisi pihak-pihak lain yang meminjam uang tersebut. Mungkin pada saat ini pihak tersebut menang, tapi suatu saat dia juga akan merasakan berada di pihak yang kalah. Assetnya pun akan kembali jatuh ke tangan pemilik uang. Sudah makin jelaskan kalau system ini memang merugikan.

Gw cukupkan tulisan bagian pertama ini pada bahasan mengenai bunga Bank. pada tulisan gw selanjutnya gw akan membahas mengenai praktek riba dalam perdagangan, yaitu jual beli saham dan valas. di bagian ketiga tulisan akan membahas mengenai sistem ekonomi kapitalisme, yang merupakan pengembangan sistem riba dalam dunia perekonomian global. terpaksa tulisan ini gw bagi menjadi beberapa bagian, dengan tujuan biar pembaca tidak bosan. males juga khan baca tulisan yang kepanjangan. hehehe

Melalui tulisan ini gw ga bermaksud menyebarkan sentimen antar agama, juga ga mau memaksakan berlakunya sistem islam di negara ini. gw cuma mau berbagi sedikit pemahaman sama teman-teman sekalian. Semoga kita dapat melihat nilai positif dari ajaran agama dan ada baiknya kalau kita praktekkan, lebih baik lagi kalau kita bisa menerapkan nilai-nilai baik tersebut tanpa melepaskan konteks latar belakang budaya kita. seperti yang sudah dilakukan oleh salah satu bapak pendiri bangsa kita yaitu Moh. Hatta. Beliau sudah membuat sebuah sistem berlandaskan nilai-nilai positif dari agama yang dianutnya, tanpa menafikkan latar belakang budaya kita sebagai bangsa Indonesia. Sistem ekonomi koperasi lah hasil dari buah pemikiran beliau yang brilian. Mengenai sistem koperasi ini akan gw bahas dibagian keempat, juga bagian terakhir dari tulisan gw yang panjang ini. semoga teman-teman berkenan. selamat merenungi bagian pertama ini, dan gw harap semua sabar menantikan bagian selanjutnya dari tulisan gw ^_^

Wassalam

MERDEKA!

Sabtu, 25 Oktober 2008

LPJ TNB angkatan 23

Hari ini, jam segini, saat ini, gw lagi terjebak di sebuah acara yg bernama Laporan Pertanggung Jawaban Ekstrakurikuler Pecinta Alam SMUN 39 TRINAWA BHUWANA angkatan 23.

ga sangka, kemampuan berorganisasi angkatan 23 udah jauh melebihi ekspektasi dan kemampuan angkatan gw (angkatan 17), 6 tahun lalu.

gw ga tau knp bisa kaya gini. padahal setau gw, ga mungkin mereka dapet kemampuan ini dari angkatan gw. gw tau banget dah, kemampuan berorganisasi angkatan gw 6 tahun yg lalu gw rasa g lebih baik dari mereka.

salut, bangga, berterima kasih dan bersyukur dengan keadaan ini ^_^

Selasa, 21 Oktober 2008

Tidak Memilih Juga Merupakan Pilihan

Sebagian besar orang yang gw tanya pendapatnya soal PEMIRA BEM UI mengatakan kalo PEMIRA BEM UI ga ada manfaatnya buat mereka, sehingga mereka tidak menggunakan hak pilihnya. Oleh karena itu gw membuat jajak pendapat ini dengan harapan mengetahui kondisi sebenarnya bagaimana.
Tapi, pendapat bahwa PEMIRA tidak bermanfaat, sedikit mengusik pemikiran gw. Kenapa pendapat ini bisa timbul? Masalah apa yang sebenarnya melatarbelakangi munculnya pendapat ini? Jawabannya akan gw ketahui segera setelah jajak pendapat ini selesai gw lakukan.

Tapi, disini gw mencoba berbagi sedikit pemahaman tentang pentingnya PEMIRA BEM UI, sebuah ajang suksesi kepemimpinan BEM UI periode setahun kedepan. Sebuah momentum penting yang seharusnya semarak mengingat masa depan kegiatan kemahasiswaan UI berada di tangan BEM UI. Jangan salah mengartikan keberadaan dan kebermanfaatan BEM UI periode sekarang akan berlaku sama untuk seterusnya. Periode masa jabatan BEM UI hanya setahun, dan tiap tahun berganti ketua dan kepengurusannya, mengakibatkan bergantinya kebijakan yang diambil oleh BEM UI, terutama masalah pelayanan terhadap mahasiswa.

Keberadaan BEM UI cukup penting terutama menyangkut pembelaan dan pelayanan kemahasiswaan. Contoh yang bisa gw berikan disini adalah masalah BOP. Berlakunya sistem BOP yang sekarang adalah berkat peran dari BEM UI. BEM UI periode 2008 mengajukan sebuah konsep baru yang dinamakan BOP berkeadilan. Hasilnya seperti yang sekarang kita rasakan. Terlepas dari baik atau buruknya sistem BOP berkeadilan ini, yang perlu digarisbawahi adalah peran BEM UI yang ternyata cukup signifikan untuk mempengaruhi kebijakan yang dibuat oleh rektorat.

Nah, masalahnya adalah sejauh mana kebijakan BEM UI dapat menyalurkan dan melayani keinginan mahasiswa. Semua itu tergantung kepada kita sebagai pemilih. Kalau yang kita pilih adalah ketua BEM yang tidak memihak kepada kepentingan mahasiswa, maka jangan salahkan kalau kedepannya pelayanan terhadap kita tidak maksimal atau bahkan tidak ada sama sekali. Apalagi kalau kita tidak memilih, konsekuensinya adalah jangan pernah menyalahkan BEM UI atas semua keputusan yang dibuatnya. Kita tidak punya hak untuk menuntut hal itu. Karena bukan suara kita yang tidak memilih yang diwakili oleh BEM UI.

Seharusnya kita sebagai mahasiswa dapat memahami masalah sederhana semacam ini. Tapi, semua dikembalikan kepada pribadi kita masing-masing. Pilihlah orang yang kita rasa mewakili aspirasi kita semua. Bila tidak ada yang memenuhi kriteria, saran dari saya jangan juga tidak menggunakan hak pilih kita, karena itu hanya menjadi legitimasi BEM UI yang terpilih nantinya. Gunakan hak suara kita, bahkan untuk abstain sekalipun. Pernyataan sikap kita dengan menggunakan hak pilih kita, adalah tanda kepedulian dan pemikiran kritis kita sebagai mahasiswa. Yang akhirnya, manfaatnya akan kita rasakan bersama.

Memang, tidak memilih juga merupakan pilihan. Tapi tidak memilih dengan cara abstain dan dengan tidak menggunakan hak pilih kita adalah dua cara yang berbeda. Cara yang pertama merupakan cara yang seharusnya kita lakukan. Karena kita adalah mahasiswa, UI pula. Mahasiswa UI terkenal dengan tingkat kepedulian yang tinggi dan pemikiran kritis yang tidak diragukan lagi. Bukan begitu bukan?!

Minggu, 21 September 2008

Akhirnya gw tau rasanya gimana

Beberapa minggu sebelum gw mengakhiri hubungan gw dengan seseorang yg mengakui bahwa dia sangat mencintai dan menyayangi gw, ada sebuah pertanyaan yg selalu menggelayut manja dibenak gw untuk beberapa lama. Apakah dia memang mencintai dan menyayangi gw?

Beberapa minggu setelahnya, pertanyaan itu menguap entah kemana seiring berakhirnya hubungan gw, dan munculnya perasaan suka pada seseorang yg gw sendiri ga tahu kenapa. muncul gitu aja, dari sekedar suka, berlanjut dengan hubungan pertemanan yg ga biasa, sampe akhirnya gw sadar mungkin cuma gw aja yg punya rasa.

Kejadian ini menyadarkan gw akan beberapa hal.

Pertama : Ternyata dia memang mencintai dan menyayangi gw apa adanya. gw sadar akan hal ini setelah gw berkaca ke diri gw sendiri. gw sadar setelah membaca notes salah satu temen gw yg di dalamnya ad quotes yg gw ga tau punya siapa. gini bunyi quotesnya
“ If U loves some one, then U should let them go. If they come back, then they're yours to keep”
quotes ini ternyata mang bener adanya. saat gw sadar bahwa ga mungkin lagi gw berharap untuk memilikinya. dan kalo gw bener sayang en cinta ma dia, gw harus merelakan dia pergi menjalani hidupnya sendiri. dan inilah yg gw lakuin. hal ini juga yg dilakukan oleh orang yg mengakui bahwa dia sayang en cinta ke gw. dia merelakan kepergian gw untuk menjalani hidup gw sendiri. bahkan merelakan gw untuk mencari sebentuk cinta lain diluar sana. dengan sebuah janji, kalau ternyata gw memutuskan untuk kembali, hal itu ga akan di sia2kan lagi. Subhanallah, Allah mengajarkan gw sesuatu lewat cara yg sangat mengena.

Kedua : Kejadian ini juga menyadarkan gw akan sebuah hal yg dari dulu gw cari. apa sebenernya mau gw? sebuah pertanyaan sederhana yg sampe sekarang gw ga tau jawabannya apa. yap, jawaban dari pertanyaan ini bisa jadi apa aja. tapi kalo disangkutkan ke masalah asmara, pertanyaan bwt gw adalah Apakah gw mencari orang yg sayang en cinta ma gw, atawa orang yg gw sayang en cinta? jawaban jujur dari gw adalah gw mencari orang yg gw sayang en cinta dan diapun sayang en cinta ma gw. huffs.. idealis bgt y. tapi kayaknya gw bisa dapetin hal itu, tidak sekarang tentunya, nanti saat gw berjanji untuk menjalani hidup dengannya sehidup-semati.

Sekarang yg akan gw lakukan adalah meraih cita2 demi terwujudnya Impian Besar gw. jadi presiden Republik Indonesia ^_^

Langkah pertama, jadi ketua BEM UI periode berikutnya.

Seandainya...

Ternyata bisa juga gw putus asa, baru sadar nyatanya gw cuma manusia biasa.
Padahal gw udah coba tuk bertahan, rasanya lebih berat dari 3 hari ga makan.
Sekarang bingung mau gimana lagi, mungkin begitu mungkin begini.

Kata orang yg penting usaha, yg diliat proses bukan hasilnya.
Tapi kalo gini hasil akhirnya, siapa yg mau coba gw tanya?

Lama-lama gw jadi bingung, kayak anak kucing disekep di karung.
Mungkin gw mang harus sadar, dianya udah ga mau lagi gw kejar.
Saat ini gw harus merubah mimpi, saatnya gw ikhlaskan hati.

Tapi tetep aja gw ga rela, cuma satu kata yg keluar saat berdoa.

SEANDAINYA...

Selasa, 02 September 2008

Nyindoro part 2 : The Long and Winding Road

“Udah siap semua khan Ting?”
Pertanyaan yang seharusnya gw ajukan ke semua anggota kelompok, malah gw ajukan cuma ke satu orang. Sebenarnya ga representatif. Apakah kalo gw nanya soal kesiapan dia berarti semua juga udah siap? Sadar akan kenyataan itu, gw meralat pertanyaan. Pertanyaan itu sekali lagi gw ulang, tapi kali ini gw ajukan ke semua orang.
”Udah siap semuanya khan?”.
”Udah bir, ne gw udah selesai baca semua bab yang bakalan keluar pas UTS”.
Sebuah suara yang gw ga tahu punya siapa menjawab pertanyaan gw. Tapi anehnya kok ga ada hubungannya sama perjalanan kali ini ya? Nah lho, salah lagi gw. Wajar aja lah, ga semua anggota keluarga Gandewa yang lagi kumpul di taman Akademaus ini akan berpartisipasi dalam perjalanan pendakian ke gunung Sindoro. Tapi gw bersyukur, pun ga semua ikut –dengan keterbatasan masing-masing tentunya, hampir semua anggota keluarga Gandewa ikut melepas kepergian kami menuju perjalanan yang akan kami buat menyenangkan ini. Bahkan walaupun ada yang mau UTS, dia menyempatkan diri untuk melepas kepergian kami. Aduh, terharu sekali.
”Adoeh, yang gw maksud apakah semua yang mau jalan udah siap?”, pertanyaannya lagi-lagi gw ralat.
”Udahhhh”, koor serempak semua orang yang ada di sisi taman milik Fakultas Psikologi yang dinaungi oleh dua buah pohon jenis cemara menyeruak membelah udara.
”Syukur Alhamdulillah kalo gitu. Ya udah, kita berdoa dulu yuks”, sebuah ajakan dengan harapan akan keselamatan perjalanan.
Kami semua berdiri melingkar saling mengaitkan tangan tanda kebersamaan. Dengan kepala tertunduk dan usaha untuk berkomunikasi dengan Pencipta. Sebuah doa dipanjatkan dengan harapan dikabulkan.
”Sebelum perjalanan dimulai, mari kita sama-sama menundukkan kepala, berdoa memauhon ke Hadirat Yang Maha Kuasa, semauga perjalanan menyenangkan kali ini dibarengi dengan keselamatan. Dan semauga perjalanan ini diberi makna yang berbentuk pengalaman yang tak akan terlupakan. Berdoa menurut agama dan kepercayaan mayoritas, saya persilahkan”
”Woi, yang bener aja. Masa berdoa harus dipaksakan menurut kepercayaan mayoritas sich”. Sebuah protes yang sebenarnya bernada keras, tapi karena dilontarkan dengan tawa dan senyuman, malah membuat semua orang tertawa.
”He, he, he. Sori bercanda. Biar rileks” Bercandaan yang tepat sasaran. Melepaskan sedikit ketegangan dan kekhawatiran akan perjalanan yang cukup beresiko tersebut.
“Oke, oke. Kita ulangin doanya. Berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing, saya persilahkan”.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

”Ayo mas, masukin aja semua barangnya ke bagasi”, teriakan dari kondektur bis Dieng Indah jurusan Bogor-Wonosobo berusaha menyaingi deru bising mobil yang lalu-lalang di sepanjang jalan raya bogor km. 30. Daerah yang dinamakan Pal ini memang merupakan tempat mangkal bis-bis jurusan Jawa Tengah dan Jawa Timur dari arah Bogor. Di tempat ini banyak sekali agen ”resmi tak resmi” penjualan tiket bis dengan trayek wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
”Mas, jangan lupa uang bagasi ya”, kondektur tersebut, meminta sedikit uang untuk memuat barang kami di bagasi.
”Lho, di tiket ditulisnya biaya bagasi gratis bang”, mau ga mau protes untuk biaya yang tidak terduga tersebut.
”Yah, mas, barang-barang mas ini kan makan tempat. Anggep aja uang pengganti jatah penumpang laen yang ga mungkin bisa dimasukkin ke bagasi. Karena tas-tas mas ini kan gede-gede, jadi penuh bagasinya”. Argumentasi yang sebenarnya sedikit masuk akal. Tapi, karena merasa berhak memuat barang di bagasi tanpa bayar, terpaksa mengeluarkan argumen bantahan,
”Tapi kan, kita tetep punya hak masukin barang di bagasi bang. Lagian kalo ga dimasukin bagasi mau ditaro mana?”
”Iya sich mas, tapi anggep aja kasih uang rokok lah”. Keluar dah maksud asli dari sang kondektur.
Sebenarnya hati kecil tidak menyetujui praktik seperti ini. Jelas sangat merugikan penumpang. Apalagi kalau penumpangnya mahasiswa. Tahu sendiri mahasiswa duitnya seret. Tapi, karena tidak mau memperpanjang urusan, akhirnya terjadilah praktik merugikan tersebut. Tapi, biar ga dosa-dosa amat, niatnya diganti. Jadi niat untuk ngasih uang tips sekedarnya untuk pelayanan yang sebenarnya sudah selayaknya kami dapatkan. Tapi ya udahlah.
”Lima belas ribu aja ya bang, ga ada duit banyak nich. Ngepres”.
”Gapapa lah, yang penting ikhlas. Hehehe”, sebuah pernyataan konyol sebenarnya. Mana ada yang ikhlas dimintain duit yang ga seharusnya dikeluarin? Ops, batal dah niat gw yang mau ngasih tips ala kadarnya. Kan terhitung sedekah tuh. Yah, terpaksa ngalahin ego dan tersenyum kecil sambil menyerahkan dua lembar lima ribuan dan lima lembar uang pecahan seribu perak. Biar seenggaknya, dapat pahala. Biar dikit juga. Hehehe

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

”Ne berapa orang pak?”, tanya om kondektur kepada seorang bapak saat memeriksa tiket para penumpang yang budiman. Aneh sebenarnya. Ngapain om kondektur nanya lagi? Emangnya dia ga bisa lihat kalo di bangku itu ada dua orang? Si bapak dan sang anak yang duduk di sebelahnya. Jangan-jangan cuma gw doang yang ngeliat tuh anak. Kalo bener mah serem banget. Hari masih terhitung siang, karena matahari masih nongol biar ketutup awan juga, masakah ada hantu?
”Satu orang pak”, nah lho, jawaban tu bapak bikin gw makin merinding,
”Terus anaknya gimana?”, kondekturnya nanya lagi.
”Ya ntar dipangku”, jawaban si bapak akhirnya membuat gw tenang. Ternyata sang anak mang keliatan. Alhamdulillah, ga jadi parno sendirian gw. Ternyata om kondektur cuma menanyakan untuk memastikan apakah sang anak dibelikan karcis atau tidak. Karena tidak dibelikan, maka harga yang harus dibayar adalah sang anak tidak mendapatkan tempat duduk seandainya bis yang kami tumpangi ini dipenuhi oleh penumpang yang sudah menunggu di agen bis Kalimalang. Kalo dipikir pake logika mah, palingan si bapak yang akan merelakan tempat duduknya untuk ditempati sang anak. Pun bila tidak, setidaknya sang anak akan dipangku oleh si bapak sampai Wonosobo. Rencana yang cukup gila. Dipikirnya jarak Jakarta-Wonosobo cuma selemparan batu, 12 jam naek bis sambil mangku anak lumayan juga. Lumayan pegel, ngeselin pula. Hehehe. Mungkin aja si bapak mengira kalo bisnya ga akan penuh. Gambling dikit. Daripada ngeluarin uang lebih banyak buat beli tiket, mendingan uangnya dipake buat beli oleh-oleh untuk sanak saudara dan famili di Wonosobo sana. Begitu mungkin pikiran si bapak. Mungkin aja, bisa ya, bisa tidak. Yah, siapa yang tahu juga?!
Note : kalo mau tahu, tanya aja sama si bapak.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Bis sudah memasuki tol jagorawi, sekitar wilayah bekasi. Angin yang menyusup dari celah jendela membuat kami mengantuk sebenarnya. Tapi pemandangan jalan tol yang lengang diselingi sekelebatan mobil yang lewat sedikit mencuri perhatian. Tidak hanya seorang anak manusia, tapi lima dari enam orang anak manusia yang sedang dalam alam lamunan membayangkan perjalanan menuju puncak yang dinantikan. Sedangkan seorang anak manusia lainnya telah terlelap dan memulai perjalanannya sendiri di alam mimpi.
Sedang asyik ngawang –meminjam istilah yang dipopulerkan oleh salah seorang keluarga Gandewa- si bapak yang duduk di deretan bangku sebelah kiri, tepat di sebelah pintu belakang bis, dan di seberang Ijoel yang duduk di deretan bangku sebelah kanan, terlihat mencoba mengajak Iijoel mengobrol. Mungkin Ijoel diajak ngobrol karena memang hanya dia satu-satunya manusia -selain sang anak tentunya- yang berada dalam jangkauan gangguan si bapak. Secara mereka duduk bersebelahan, hanya dipisahkan oleh lorong antar bangku di bis. Tak berapa lama, Khekhel yang merasa darah jawanya disebut-sebut pada percakapan antara si bapak dan Ijoel merasa tertantang untuk ikut ambil bagian dalam obrolan. Entah karena obrolannya yang menarik, atau kemampuan si bapak dalam bercerita, tiga kepala lainnya ternyata tidak tahan untuk tidak ambil bagian, termasuk gw tentunya.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

”Nek si ndok iki jenenge sopo?” (kalo mbak ini namanya siapa), si bapak bertanya kepada khekhel.
Dari adegan ini dapat diketahui bahwa si bapak memang menguasai teknik sales marketing tingkat dasar. Buktinya, dia dapat melihat isyarat bahwa khekhel memang ingin ikut mengobrol, dan karena dia tahu bahwa Khekhel canggung untuk masuk ke arena percakapan begitu saja, maka dia yang memulai dan mengajak khekhel untuk ikut berbincang-bincang. Hanya dengan sebuah basa-basi berupa pertanyaan sederhana, menanyakan sebuah nama.
Mungkin si bapak berprofesi sebagai seorang tukang obat di jakarta, mungkin juga salah satu agen asuransi, atau mungkin seorang IBO dari sebuah MLM yang sedang naik daun di jakarta. Yah, siapa yang tahu kalau tidak ditanyakan. Bukan begitu bukan?!
”Kulo khekhel pak”, tuh khan apa gw bilang, umpan yang disiapkan si bapak, dimakan sama khekhel. Darah jawanya langsung mendidih menyambut pertanyaan yang diajukan dengan bahasa jawa tersebut.
Adegan selanjutnya tentu dapat diduga, khekhel dan si bapak, yang belakangan diketahui bernama Sudarmo, asyik ngobrol dengan bahasa lokal. Ga usah gw ceritain secara mendetail percakapan antara Khekhel dan bapak Sudarmo, selain kaena bingung ngartiinnya, kadang gw juga ga terlalu ngerti apa yang diomongin. Maklum, biar masih berdarah jawa, gw kagak fasih ngomongnya. Yah, begitulah.
Eits, jangan menghina gw kagak ngerti budaya yach. Gw ngerti kok, cuma kadang bingung aja. Budaya jawa tuh ribet banget, suka kecampur antara klenik dan local wisdom. Gw sebagai seorang yang anti sama hal yang berbau klenik, walaupun gw ga pungkiri bahwa hal itu ada, jadi kelewat anti ma budaya jawa. Ketakutan berlebih sama klenik2an itu. Salah satu contoh dari hal yang gw sebutin barusan bisa diliat dari percakapan berikut.
Percakapan ini mengambil tempat di bangku deretan belakang dari bis Dieng Indah yang sedang melaju kencang di jalan tol jagorawi kilometer sekian. Pusat percakapan ada di seorang bapak bernama Sudarmo, asli Wonosobo. Di depan si bapak, ada sebuah kepala milik seorang makhluk cantik bernama Khekhel (eits, maksud kata cantik disini digunakan hanya untuk kata ganti jenis kelamin. Cantik = wanita, ganteng = pria. Jangan geer dulu makanya). Dan di sekeliling mereka terdapat dua kepala makhluk cantik lainnya yaitu Ijoel dan Iwed. Serta empat pasang telinga milik kepala dua orang makhluk ganteng yang kadang sok ga perduli sama isi pembicaraan tapi tetep ga mau ngalihin perhatian.
Untuk memudahkan penulisan dan pemahaman, maka seluruh isi percakapan langsung diartikan kedalam bahasa Indonesia.
”Saya ini asli Wonosobo, orang Jawa asli, Tulen. Makanya saya ngerti banget macem-macem budaya jawa. Dari kecil, saya diajari bapak saya mengenai semua budaya jawa. Jadi agak kasihan sama orang jawa yang ga ngerti sama budaya nya sendiri” JLEB, menohok banget prolog dari si bapak. Sesuai bgt ma kondisi gw. Makin terpancing gw untuk ngedeketin kuping biar ga ketinggalan obrolan. Makin yakin gw ne bapak pasti sales asuransi.
”Nama saya ini mbak, biar keliatan dan kedengerannya kampung, sangat menandakan bahwa saya orang jawa. Dan saya bangga sama hal itu mbak. SUDARMO. Su itu artinya baik, Darmo berarti perbuatan. Nama saya ini menandakanakan doa orang tua saya agar saya bisa menjadi orang yang bertingkah laku baik, sesuai dengan arti nama saya”, sumpah sebenernya kejadian pada saat si bapak ngomong ini tuh lucu banget. Coba deh ulangin baca kata2 si bapak, tapi sambil ngebayangin yang ngomong adalah seorang bapak berusia 40an, agak pendek lebih kurang 165cm, kumis tipis, rambut belah tengah, kuping agak caplang, terus yang paling penting si bapak ngomongnya ’medhok’. Geli sendiri gw inget kejadian itu.
Ngerasa dapet angin segar, karena lawan bicara cuma bisa manggut2, si bapak makin meraja-rela. ”Ndak cuma nama mbak, biasanya yang paling diperhatikan sama orang jawa tuh hari lahir mbak. Biasa disebut wethon”
”Oh, kaya yang ditivi itu ya pak. Ketik reg sepasi Wethon kirim ke 6889”, si nguga langsung nyeletuk menanggapi si bapak.
”Kurang lebih sama lah, tapi dari pada repot-repot biar bapak yang ajarin. Gampang kok sebenernya” mulai lah si bapak sibuk. Keliatan di mata gw sich tu bapak komat-kamit ga jelas. Mungkin karena kelewat takut ma klenik gw.
”Nah, mbak Khekhel lahir kapan?”, si bapak mulai beraksi.
”Tanggal 17 Oktober tahun 1989 pak”, dengan muka antusias di jawablah oleh khekhel.
”Mbak tahu itu hari apa?”
”Ga pak, khan saya baru lahir,jadi ga ngerti itu hari apa”, sahut khekhel sekenanya.
”Dino Seloso, pasarane Pon. Seloso Neptune Telu, Pon Neptune Pitu. Sepuloh”, si bapak meracau sambil memejamkan mata dan mengerutkan dahi.
”Maksudnya apa pak?”, khekhel yang merasa hal ini berhubungan dengan hidupnya, semakin penasaran sama apa yang diomaungin si bapak. Makin besar kecurigaan gw kalo si bapak tu sales asuransi.
”Neptu mbak itu jumlahnya Sepuluh. Lahir Dino Seloso berarti pemarah dan pencemburu, tapi luas pergaulannya. Pasarane Pon yang berarti saat berbicara banyak diterima orang, suka tinggal di rumah, tidak mau memakan yang bukan kepunyaannya sendiri, suka marah kepada keluarganya, jalan pikirannya sering berbeda dengan pandangan umum. Suka berbantahan dan berani kepada atasan.Tapi alhamdulilah rejekinya cukup. Sayangnya dalam masalah asmara sering mendapat kesialan”, begitulah kira-kira yang dipaparkan oleh si bapak. Khekhel hanya menanggapi dengan menganggukkan kepala dan mulut sedikit menganga. Mungkin menurut dia ramalan ini ada benarnya.
”Neptu itu berkisar antara Tujuh sampai Delapan Belas. Orang ber-Neptu Tujuh adalah orang yang lahir pada hari Selasa Wage, sedangkan orang ber-Neptu Delapan Belas adalah orang yang lahir pada hari Sabtu Pahing”, si bapak masih melanjutkan.
”Masih banyak lagi kegunaan dari Neptu ini mbak, yang biasanya digunakan adalah untuk menghitung jodoh. Neptu mbak kalau ditambahkan dengan Neptu calon suami mbak, bisa diperkirakan rumah tangga macam apa yang akan terjadi. Tapi jangan dijadikan sebagai harga mati mbak. Neptu ini, dan segala macam peramalan lainnya, hanya dijadikan sebagai acuan untuk mengambil keputusan atau sebuah tindakan. Bukan dimaksudkan untuk mendahului ketetntuan Tuhan”, omongan si bapak mengingatkan gw akan wejangan yang selalu digelontorkan oleh bokap gw setiap kali terjadi obrolan antara gw ma dia. Kurang lebih begini omongannya.
”Jangan menganggap ini ilmu hitam mas, kita harus percaya bahwa dunia ini berjalan sesuai dengan garisan yang Maha Kuasa. Dan ketentuan ini sudah dibuat jauh sebelum dunia ini ada. Kitab suci kita juga menyebutkan demikian bukan”, hal ini yang biasanya dijadikan argumen oleh bokap untuk meyakinkan gw akan ramalan-ramalan dan wejangan berdasarkan itung-itungan Jawa. Meyakinkan gw bahwa ini bukan klenik, bukan bid’ah. Menghindari apatisme gw akan hal-hal yang berbau kedukunan.
”Nah, orang-orang tua dulu tuh pinter-pinter mas. Mereka sudah bisa melihat hal ini dan menjadikan ini patokan dari setiap tindak-tanduk mereka. Kapan harus berangkat dari rumah untuk menuju sebuah tempat atau urusan. Ke arah mana sebaiknya menuju dan segala macam hal lainnya. Itung-itungan inilah yang biasanya di kenal dengan Wethon, Neptu dan lain sebagainya. Nah, kalau kamu ini diitung berdasarkan semua rumusan tersebut, bapak bisa memperkirakan kalau kamu tuh baru bisa ’ajeg’, atau menemukan arah dari hidup kamu pada saat usia kamu menginjak tahun ke 24. Tanggal 25 September 2008, satu hari setelah ulang tahun kamu yang ke 23”, ramalan yang dipaparkan oleh bokap ini gw terima pada saat usia gw 21 tahun. Sekitar 2 tahun yang lalu. Tapi gw masih inget sampe sekarang, karena gw memang berusaha untuk mewujudkan ini ramalan. Self Fullfilling Prophecy istilah bahasa Inggrisnya. Pendakian kali ini pun gw jadikan ajang untuk mewujudkan bokap punya ramalan.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Sudah lebih dari tiga jam bis yang kami tumpangi ini beranjak dari tempat pemberangkatannya yang pertama, tapi kok ya masih aja berada di pinggiran kota jakarta. Daerah Kalimalang tepatnya. Kalo begini kapan sampe Wonosobonya?!
Jam pulang kerja, di Kalimalang macet mah udah biasa. Jalan yang memanjang mengikuit aliran sungai ini memang menjadi rute favorit untuk dilalui para pekerja sepulang mereka bekerja. Jadi yang namanya macet udah biasa. Selain karena lebar jalan yang sempi tentunya.
Kami terjebak di kemacetan ini karena bis yang kami tumpangi harus menaikkan penumpang di agen berikutnya di Kalimalang. Lebih kurang pukul sembilan kami baru sampai di agen bis tersebut. Kalau bis ini tidak berhenti terlebih dahulu di Kalimalang ini, dapat diperkirakan seharusnya kami sudah sampai di daerah Karawang.
”Bir, liat di pinggir jalan sebelah kanan arah jam empat”, Kurting angkat suara memecah lamunan yang lainnya yang dari tadi bingung mau ngapain. Serentak yang lain ikut menengok ke arah yang ditunjukkan Kurting.
”Ada apaan sich?”, Iwed yang sepanjang perjalanan memilih diam menunjukkan ketertarikan pada apa yang menjadi bahan pembicaraan.
”Lho, tuh salon namanya sama ma temen kita yach? Terus kenapa?”, sederet pertanyaan dilontarkan Iwed, karena dia memang tidak mengerti duduk masalahnya.
”Huahahaha, Bibir, apa yang lo rasain waktu lo liat tu nama?”, Rono angkat suara. Dia orang tahu sedikit lebih banyak lah dibanding Iwed. Yang paling kencang tertawa adalah Khekhel, sedang Ijoel seperti biasa hanya mengumbar senyumnya yang biasa dengan tatapan tidak biasa tentunya. Biasa nya dia senyum sambil sedikit ketawa, bibir sedikit terbuka, terus ngedipin mata. Merasa dipojokkan, terpaksalah jurus ngeles gw keluarkan.
”Sabar, sabar, karena belom sampe gunung sesi curhat ditunda”, jurus ngeles pertama: jangan menghindari topik pembicaraan, ambil sedikit celah, pasang kuda-kuda sedikit rendah, terus tanggepin dengan cool tuh masalah, tapi yakinkan bukan sekarang saatnya.
”Alaaah, dari tadi lo juga udah offside Bir. Sepanjang perjalanan tadi khan lo curcol mulu. Sekalian aja lah. Huahaha”, Kurting mulai mencoba mengorek keterangan.
”Justru karena itu, gw udah kebanyakan offside tadi, karena gw ga mau kena kartu kuning makanya gw tahan dah curhatan. Hehehe”, jurus ngeles kedua: kuda-kuda sedikit lebih direndahkan, ganti gaya bukaan, siapkan tangkisan, terus masih dengan cool mengafirmasi masalahnya, tapi kasih alasan rasional akan pernyataan barusan.
”Udah bukan kartu kuning lagi lo mah. Kartu merah, banyak banget malah. Omongan lo khan 95 persen curhat, 3 persen lead-ing terus 2 persennya sampah. Huakakak”, eh busyet, sadis juga komentar Kurting. Walupun mau ga mau harus gw akuin kebenarannya ^_^
”Ada apaan sich ne, gw makin ga ngerti. Mang ada hubungan apa Bibir sama orang yang namanya jadi nama salon itu”, Iwed makin gencar mempertanyakan.
”Kagak ada apa-apa kok Wed, iseng aja ne anak-anak”, jurus ngeles ketiga: bentengi diri dengan sedikit kelihaian, kuda-kuda tetep dipertahankan, tangkisan kalo perlu dihentakkan, jadilah sebuah pernyataan dengan penegasian.
”Udahlah Bir, ngapain sich ditunda segala curhatnya. Pake nunggu hawa gunung segala buat curhat. Ribet amat”, Ijoel sekarang ga Cuma senyum-senyum. Terpancing dia buat ngorek keterangan.
”Justru itu Joel, jangan ampe ntar keabisan bahan curhatan di gunung. Jadi ga seru ntar pendakiannya.hehehe”, jurus ngeles keempat: gabungan jurus pertama dan kedua. Kali ini bukan hanya pertahanan, tapi serangan pun dipersiapkan, tangkisan berubah jadi pukulan. Kuda-kuda tidak lagi rendah, tapi siap menerjang sasaran. Jurus keempat dikeluarkan, sebuah alasan yang harus sangat masuk akal digabungkan dengan penundaan pembahasan.
”Ga perlu khawatir lah Bir, curhatan lo kan banyak banget. 95 persen gitu. Huhuhu”, Khekhel ga mau kalah ikutan ngecengin gw. Adoooh, ne orang-orang kok ga ada menyerahnya ya. Getol banget ngorek-ngorek. Padahal tanpa dikorek pun gw akan dengan sangat senang hati menceritakan semuanya. Hahaha.
Baru aja mau ngeluarin jurus ngeles kelima yang jujur aja belom gw siapin. Karena menurut kitab Kho-Ping-Ho, seorang jagoan digjaya harusnya bisa menaklukkan musuhnya dengan tidak lebih dari lima jurus. Biasanya gw cuma perlu ngeluarin ampe jurus kedua, tapi ga tahu kenapa sekarang pake sepuluh jurus pun belom tentu bisa. Kebanyakan musuhnya kali ya.
Tiba-tiba ada sekitar lima orang yang masuk kedalam bis. Dua dari pintu depan dan tiga orang dari belakang. Waduh, ada apa gerangan. Masih dalam keadaan kebingungan, tapi bersyukur perhatian anak-anak teralihkan. Alhasil, jurus kelima tidak perlu dikeluarkan.
”Tolong digeser tempat duduknya, bakalan banyak penumpang yang baru mau masuk”, salah seorang dari lima orang yang baru masuk tersebut langsung teriak-teriak dengan suara baritonnya, yang jujur aja tidak ada nada keramahan di dalamnya.
Kayaknya lima orang tadi adalah calo yang bekerja pada agen bis ”resmi-tak resmi” ini. Yah, namanya juga agen yang masih diragukan keresmiannya, jadi wajar aja kalo calo pun meraja-lela.
”Ini kok kurang satu tempat duduknya, mana yang ga punya tiket? Seharusnya satu penumpang lagi bisa naik. Bangku paling belakang ini kok isinya cuma enam orang, harusnya khan bisa tujuh. Geser dong”, oalah... ne calo rese banget ngusir-ngusir orang. Ga pake permisi lagi.
”Kita beli tiketnya emang tujuh bang, jadi wajar dong kalo dapet tujuh bangku. Biar kita cuma berenam doang, lumayan khan bisa agak legaan”, sedikit nyolot tapi terkesan sopan, gw ga mau kalah adu argumen ma tu calo. Hasilnya, semua mata tertuju ke bangku belakang, jadi bahan tontonan buat penumpang lainnya. Bingung kali ya, kok ada yang berani nyolot sama calo-calo yang berperawakan sangar. Pun ada aja yang ga peduli, mikirin nasib sendiri yang sibuk ngangkutin barang bawaan.
Kicep karena ga bisa ngelawan argumen gw, tu calo teriak-teriak lagi di bagian depan. Masih sibuk mencari penumpang gelapnya, dengan harapan dia dapat tambahan pemasukan karena berhasil menaikkan satu lagi penumpang.
”Parah lo bir, harusnya jangan ngomong gitu. Masih untung tu calo ga ngemplang pala lo”, Kurting menyayangkan perbuatan yang barusan gw lakuin.
”Biarin aja, toh nyatanya tiket kita kelebihan atu khan. Ga ada hak dia buat ngusir dong!”, masih aja gw kekeuh ma pendirian.
”Iye, tapi tarohannya muka lo kena gampar. Omongan lo nyolot juga”, omelan lanjutan dari Kurting yang sebenarnya bentuk kekhawatiran karena perhatian. Cieee gweee. Hehehe.
”Udahlah, yang penting kagak kejadian sebagaimana yang lo khawatirkan”, gw menyudahi perdebatan, karena mang ga ada gunanya. Bis nya udah mau berangkat juga.
Akhirnya pembicaraan gw alihkan ke permasalahan yang terjadi barusan. Gw tanyain ke anak-anak pada tahu ga sebenarnya penumpang gelapnya siapa. Ga semua ngeh ternyata. Tapi argumen dari Kurting bisa dikatakan benar. Atau dapat dikatakan sesuai sama yang gw perkirakan.
Kalau pembaca yang budiman memperhatikan jalan cerita sebelumnya, seharusnya anda dapat menebak bahwa penumpang gelapnya adalah anak dari bapak Sukamto. Sebelumnya saya ceritakan bahwa si bapak ini hanya membeli satu tiket untuk dia dan sang anak, tapi menempati dua bangku yang bersebelahan. Mungkin si bapak sadar kalau jarak Jakarta-Wonosobo lumayan jauh, jadi dia membiarkan anaknya untuk duduk di bangku yang tadinya kosong tersebut, daripada harus dipangku sepanjang jalan. Capek khan.
Lagipula perhatian semua orang teralihkan oleh perdebatan gw barusan, jadi si bapak ini luput dari kecurigaan. Mungkin dalam hati dia berterima kasih sama kenyolotan gw. Yah, siapa yang tahu juga. Cara mastiinnya cuma nanya ke si bapak. Tapi siapa yang mau ngelakuinnya. Gw sich ogah, ntar dikira jumawa.
Setelah keributan mereda dan bis mulai melanjutkan perjalanannya, hampir semua penumpang bis terlelap. Termasuk enam orang anak manusia yang sedang berusaha menuntaskan hajat hidupnya. Melakukan perjalanan yang tidak akan sia-sia. Diselingi aliran angin dari celah jendela dan pemandangan jalan yang serasa tidak ada habisnya, gw manjatin sebuah doa. Sindoro, here we come.



-gigih-
1 September 2008

Senin, 25 Agustus 2008

PSAU bikin MALU

Baru aja kelar ikutan jadi panitia magabut di PSAU, atawa PSAF namanya sekarang. Jujur aja, pengalaman jadi panitia hari ini memang menyenangkan, apalagi banyak insight yang bisa gw dapet. pun tuh insight sebenernya bikin gw malu sendiri.

Ceritanya di PSAF ini, para senior, selain ingin mengenalkan sistem akademik dan budaya non akademik di fakultas Psikologi UI tercinta, juga ingin membentuk (dengan cara intervensi tentunya, namanya juga anak Psikologi ^_^) para mahasiswa baru ini menjadi mahasiswa yang KOMPLIT. apa itu KOMPLIT gw ga mo nerangin secara detail, karena gw sendiri kagak apal. hehehe. yang jelas, intinya maba ini mo dibentuk jadi mahasiswa yang bertanggung jawab, memiliki integritas tinggi, bersopan-santun baik, en de bla, en de bla en de bla. yah, pokoknya segala macem yang baek dah. jadi manusia sempurna mungkin. nah dalam perjalanan membentuk yang kaya begini, pastinya para maba belom jadi seperti yang diharapkan itu tadi. ada salah-salah dikit gitu dah. ada juga yang banyak sich, banyak banget malah. huahaha

Stop, kau mencuri hatiku, hatiku.. OOpss, malah nyanyi ^_^. maksudnya, stop lah ngomongin kesalahan maba tersebut, yang jadi masalah en jadi insight buat gw adalah, segala omelin panitia ke maba tersebut MANTUL ke gw (mengutip istilahnya jarblay,hehehe). Parah, gw ngerasa gw yang dimarahin. karena mang sepertinya gw mang pantes dimarahain. An@#&t, gw yang masih ancur2an en ga bener gini, ikut2an jadi panitia yang tujuannya ngebenerin maba. Sama aja kaya nyapu pake sapu kotor.

Sebenernya perasaan ga enak ini udah gw alamin dari semalem sebelum PASAF dimulai. gw yang diserahi tugas membuat sesuatu untuk kepentingan acara, sedikit melalaikan tugas gw. gw bilang sedikit karena tu tugas udah gw kerjain, tapi telat banget nganterinnya. Sumpah para bgt. Gw nyesel mampus. padahal gw udah dipercaya, diandalkan dan diharapkan oleh orang lain. tapi gw mengkhianati kepercayaan tersebut. Manusia macem apa gw ini. gundah gulana gw mikirin itu semua. nyusurin jalan margonda gw jadiin solusinya. kaya gembel gw semalem, tapi gembel elit. pake kemeja n sepatu pentopel, rapi jali gw. hehehe

Oke, kalo kejadian itu dibilang sepele, mungkin perlu ditilik track record gw pada masa2 sebelumnya. beneran. ga cuma sekali gw ngecewain orang lain. gw yang sudah menyanggupi untuk menerima dan menyelesaikan sebuah tanggung jawab, tapi kagak gw selesaiin. mungkin gw selesaiin tapi molor waktunya. Dan ga cuma sekali, sering kali malah. gw ngerasa paling ga guna di dunia.

Sumpah, ikut PSAU bikin gw MALU.

Minggu, 24 Agustus 2008

Nuntut terus...

Sedang istirahat setelah menyaksikan pengambilan rekaman video acara Menilai Kinerja Presiden d Wisma Mampang. Ada hal menarik yang patut dijadikan catatan. Acara berformat diskusi -mungkin lebih tepat disebut debat- ini menghadirkan 4 orang dari 2 kubu yang berbeda. Bung Andi Malarangeng, juru bicara kepresidenan dan Pak Anton, Menteri Pertanian, mewakili kubu pemerintah. Hadir pula Bung Anis Baswedan, Rektor Univ Paramadina dan Pak Bustanul Arifin, pengamat pertanian, mewakili kubu masyarakat.

Debat mengenai ketahanan pangan Indonesia ini berujung pada pengakuan dari pemerintah bahwa ketahanan pangan Negara mengalami peningkatan, dan tuntutan tetap dari kubu masyarakat -Bung Anis dan Pak Bustanul dibantu oleh wakil dari HKTI, dan perwakilan petani lain- bahwa pengakuan pemerintah tersebut hanya diatas kertas, tidak sesuai dengan kenyataan di masyarakat. oleh karena itu masyarakat menuntut pemerintah bekerja lebih keras lagi.

Hal paling penting yang menjadi pertanyaan saya adalah mengenai tuntutan itu sendiri. apakah hanya MENUNTUT dan MENUNTUT sajakah yang bisa dilakukan masyarakat? apakah prestasi yang sudah dicapai oleh pemerintah, seperti yang disampaikan oleh kubu pemerintah dan diamini oleh kubu masyarakat hanya patut diganjar tuntutan dan tuntutan?

Tidak bisakah masyarakat -dalam hal ini seluruh rakyat Indonesia- membantu kinerja pemerintah yang meskipun belum optimal tapi sudah menunjukkan perkembangan ke arah yang positif? alangkah indahnya bila rakyat dan pemerintah bersinergi menyatukan daya dan upaya untuk membuat Indonesia lebih baik. bila hal ini dapat dilakukan, niscaya perbaikan di segala bidang bukan lagi impian ^_^

Kamis, 21 Agustus 2008

Merenung abis naek gunung

Pagi.
jam 8.
lewat dikit lah.
tp msh pagi.

msh meringkuk.
g mau bangun.
padahal udah g ngantuk.

tergoda utk rekonstruksi ulang kejadian semalam.

sadar akan keadaan tdk menyenangkan. berada pada pilihan utk melakukan apa yg sangat ingin gw lakukan,tp takut -cemas tepatny- jika hasilny sesuai dengan dugaan.

jreng,jreng,jreng...
apa yg sdh gw ramalkan, malam ini benar2 terjadi. gw g tau gmn jadiny perasaan gw nantiny. saat ini pun belum jelas.

sumpah, ne tulisan g beres bgt. mulai dr format penulisan, sampai pada penyampaian gagasan, ancur berantakan.
kayakny tulisan ini mewakili kondisi hati ^―^

Sabtu, 09 Agustus 2008

Peer Tugas?!@#$%^&*()*_)(

wuih, ada yang lagi hot di angkatan 2005, terutama di milist. sekarang semua anak 2005 sedang berdaya upaya dan bernegosiasi untuk menentukan kelas apa yang dipilih untuk dua mata kuliah paling okeh. Kajian Alat Ukur Psikologi (KAUP) and Pelatihan 2. rencana nya biar setiap peer tugas anggota kelompoknya berada di satu kelas, jadi ntar gampang pas ngerjain tugas kedua mata kuliah itu yang menurut legenda Buanyak Buanget.

pertanyaan paling penting yang harus gw ajukan. Gw dikelas mana ya? khan gw ga punya peer tugas. peer aja ga ada, gimana peer tugas. hahaha
terus, gimana nasib gw ntar pas ngerjain tugas? boleh ga sich tugasnya dikerjain iindividual?
ADUH...
gimana nasib awak ne bundo? hooohhooho

Rabu, 06 Agustus 2008

Sampe Kapan???

Lagi2 gw ngalamin hal yg ud seringkali trjadi en berulang kali.

Begini ceritany.

Seperti biasa layakny hari2 sebelumny, gw pulang kerumah mengendarai satu1 ny kendaraan yg gw punya, yaitu sepeda motor Honda Supra Fit keluaran tahun 2005. dari depok, gw menuju rumah melalui lenteng agung. setiba di bawah jalan layang tanjung barat, gw menemui lampu merah. berhenti lah gw mengikuti peraturan yg dibuat sama pemerintah. eh,tiba2 terdengar bunyi klakson memekakkan telinga. pengendara dibelakang gw memaksa gw utk terus jalan nerobos lampu merah. anj***, pada g tau apa lampu lalu lintas lg berwarna merah?! merasa benar krn ngikutin peraturan, mereka gw acuhkan dan mulai menggoyangkan kepala menikmati sebuah lagu the moffats punya. suara klakson msh trdengar, pun ud g sekencang yg pertama. mungkin mereka ud mulai sadar kalo lampu merah itu harus berhenti tandany.

Sambil dengerin lagu, berubahnya lampu jadi ijo gw tunggu. ga berapa lama, ud ijo lampuny. jalanlah gw. lho, tapi ko, kendaraan dari arah pasar minggu menuju depok g berhenti?! bingung?! lagi2 krn ngerasa benar krn ikt peraturan, dgn santainy gw jalan menerobos kendaraan yg lalu lalang. hal yg sama dilakukan pengendara lain yg ada d blakang.

B**i. ne orang pada kenapa y? lampuny merah bukan?! ko masih pada jalan? msh krn ngerasa benar, kecepatan motor gw pertahankan. tiba2 ada sebuah motor yg berhenti tepat d depan gw. pengendarany lgsung buka helm trz maki gw. waduh, ko gw dimaki? gw ikt buka helm trz gw nanya ke dia ada apa, dengan tampang lugu tak berdosa. keki kali dia, ga pake nyapa lgsg pergi gitu aja.

aduh.. ne kayakny bukan kali pertama. saban hari pasti gw temui. kalo ga diklaksonin, gw dimaki. sebenerny ada apa tho? sapa yg salah y? trz, sampe kapan gw ngalamin hal kaya gini?

Indonesia = Jawa (jawaban dari Awe)

Menanggapi post gw mengenai karakter Orang Indonesia = Jawa,
Seorang kawan Gw memberi jawaban seperti ini.

Statistik dari sebuah survey (entah valid entah tidak) bilang kalo rata-rata orang Indonesia hanya pernah mengunjungi 2,2 provinsi seumur hidupnya...

Karena pulau jawa adalah pulau paling padat penduduk di planet bumi, ditinggali sekitar 60% penduduk Indonesia dan jumlah provinsinya ada lebih dari tiga sekarang, wajar-wajar aja kalo kultur dan paradigma berpikir mayoritas rakyat Indonesia adalah jawa-sentris...

Kultur orang Jawa pada umumnya adalah penekanan pada self-sustenance atau berdikari, kalau makan cukup, tempat tinggal ada dan bisa pakai baju sekadarnya ia (atau mayoritas orang jawa) sudah merasa cukup dalam hidup. Dalam hubungan kekerabatan pun meminta-minta kepada saudara yang berlebih pun dianggap sebagai memalukan dan dihindari (ini mungkin berbeda dengan kultur suku lain). Karena itu emigrasi dan transmigrasi ke luar pulau Jawa tidak terjadi dalam jumlah besar sebelum hindia timur kedatangan penjajah dari Eropa. Salah satunya adalah Belanda yang mencanangkan transmigrasi tenaga perkebunan/pertanian besar-besaran keluar Jawa lewat point ketiga dalam politik etis.

Namun, ini adalah paradigma berpikir mayoritas rakyat jawa yang mayoritas juga secara kultur melihat dirinya dalam kacamata perspektif 'abdi raja' atau mungkin sekarang 'abdi' figur-figur tertentu dari mulai kiyai, tokoh partai, lurah, atau bahkan kepala preman. Sejarah mencatat bahwa dinamika nusantara justru ditentukan oleh minoritas penguasa Jawa yang malah pernah punya visi sangat besar buat mempersatukan asia tenggara di bawah bendera majapahit. Visi ini kemudian masih berlanjut pada masa-masa kerajaan sesudahnya seperti Singasari dan Mataram yang justru membawa benih perpecahan dan konflik akibat pengejaran terhadap kekuasaan sebesar-besarnya.

Dalam perspektif kepulauan, self sustenance yang dianut mayoritas orang Jawa ternyata punya penjelasan saintifik. Dalam sebuah essay dlm buku 'Di Bawah Bendera Revolusi' jilid 1, Soekarno pernah bilang kalau nasionalisme mikro atau kecintaan akan kampung halaman adalah hal mendasar yang dimiliki setiap manusia di dunia apabila kampung halamannya mampu menyediakan sumber daya alam dan penghidupan yang layak baginya. Emigrasi, transmigrasi atau bahkan penjajahan di seluruh dunia sepanjang sejarah ternyata didorong oleh fakta bahwa kampung halaman tidak lagi mampu menyediakan penghidupan yang cukup. Dalam kasus pulau Jawa, overbevolking (overpopulation) yang dipikul oleh pulau Jawa ternyata bukanlah sebuah masalah yang secara materiil menjadi sebab dan faktor berpindahnya rakyat Jawa mencari penghidupan di pulau lain. Overbevolking di pulau Jawa ternyata diimbangi oleh kemampuan tanahnya yang subur untuk memberikan penghidupan.

Namun basis material ternyata tidak juga mampu menjelaskan dinamika sejarah manusia (sebuah anti-tesis terhadap materialisme karl marx). Perubahan kultur dan budaya akibat media dan pergaulan global (sebuah penyebab non-materiil) ternyata juga menyebabkan terjadinya perpindahan penduduk. Ini berlaku bagi daerah2 nusantara dengan pelabuhan yang besar dan kultur maritim. Interaksi dengan manusia dari berbagai kebudayaan dan pemikiran ternyata juga dapat menjadi pendorong munculnya hasrat akan eksplorasi dan pengejaran materil di luar kampung halaman. Ini adalah keterbatasan nasionalisme yang berlaku tidak hanya bagi kepulauan Indonesia namun juga dunia secara keseluruhan. Hubbul Wathon atau cinta tanah air dalam filsafat Islam memiliki batasan periodenya sendiri ketika cita-cita masyarakat tauhid (satu kelas masyarakat) yang madani sudah memiliki basis struktur untuk diperjuangkan. Konsep lintas suku-budaya- negara ini juga menjadi dasar prinsip internasionalisme dalam marxisme yang mungkin sebenarnya hanya dicontek oleh Marx dari Quran.

Dalam essay pertamanya di DBR jilid 1, Soekarno mengangkat nasionalisme-agama dan komunisme atau nasakom. Dengan kalimat-kalimat hiperbolik Soekarno melukiskan persatuan ketiganya sebagai sebuah gelombang maha dahsyat yang sebenarnya dapat bersatu dan memerdekakan Indonesia tercinta dari segala bentuk penjajahan. Soekarno juga dengan jeli menyatakan bahwa musuh utama rakyat Indonesia adalah keterpecahbelahan dan sekutu utamanya adalah persatuan. Namun Soekarno juga berujar bahwa 'ratu adil' , 'cokroaminoto' atau 'erucakra' yang akan membawa persatuan dalam segenap rakyat Indonesia belumlah ada wujudnya.

Dengan mengangkat wacana ini dan menjelaskan segi-segi filosofi dan ilmiahnya dalam nasakom, secara tidak sadar Soekarno sendiri menempatkan dirinya sebagai kontestan pertama penggenap ramalan ratu adil ini. Namun sejarah juga telah menunjukkan kegagalan ambisi Soekarno melawan dunia yang pada waktu itu dengan sangat hebat menjaga kekerdilan Indonesia. Ini adalah sekali lagi sebuah kegagalan 'Jawa' dalam visi-misinya yang begitu besar.

Dalam hal ini, orang-orang Jawa masih harus banyak belajar dari kultur dan pemikiran suku dan etnis lain di kepulauan Indonesia yang kesemuanya menyimpan pelajaran yang tiada tara nilainya.


Dipa Nusantara Muhammad Erucakra

Selasa, 05 Agustus 2008

Indonesia = Jawa

tadi, sekitaran jam 10 pagi, disebuah tempat yang bernama akademos di fakultas psikologi. alkisah, gw lagi jalan sendiri terus ditemui oleh dua orang yang mengaku dari RTC UI. ceritanya gw diminta pendapat sebagai seorang mahasiswa untuk nantinya disiarkan di Radio ini.

dari ketiga topik yang ditentukan oleh mereka, ada satu yang bikin gw mikir agak lama. Sebutkan tiga karakteristik khusus dari orang Indonesia!

jujur aja, setelah mikir agak lama, yang kepikiran di otak gw bukan nya karakter orang Indonesia tapi karakter orang jawa. kenapa bisa gini yach? apa karena gw ga pernah pergi ke tempat laen selaen pulau jawa? apa karena segala hal yang berbau jawa tuh pasti Indonesia. Jangan-jangan hal ini karena Gajah Mada dan Soeharto tuh Orang Jawa? aduh makin banyak pertanyaan gw, makin ga ngerti mana jawabannya. ada yang bisa kasih tau ga????

aduh, tolong kasih pencerahan buat gw, makin lama ada rumus baku yang bisa jadi bakalan menetap di otak gw.

Indonesia = Jawa

Minggu, 03 Agustus 2008

Pengaruh notes di Facebook

Grateful by Disa Aditi Raissaputri Tannos
Knp mesti malu d9n kejujuran? By Rakhel Adinda Victoria
Kau cantik hari ini by Resti ‘echi-o’ Yandhani
Pencerahan 03.00 AM by Bimi Christian
Apakah perasaan bisa di-Hypnotherapy by Nahlia Aryanti Emtiaz Rianto
Following Advice by Adih Respati

Ternyata akhirnya kecurigaan gw tentang guna dari aplikasi dari notes akhirnya terbukti, dengan menulis pikiran dan pendapat di notes and then let your friends know, bisa menjadi sebuah inspirasi bahkan mempengaruhi pendapat orang lain. Contoh nyatanya bisa dilihat di notes nya disa yang berjudul grateful, atau kalo mau yang lebih nyata ya di notes gw ini. Notes ini terinspirasi dari sekian banyak notes yang judulnya gw tulis di awal.

Pertama soal kejujuran. Jujur aja, kadang gw juga masih mengalami hal yang dialami oleh Rakhel a.k.a Khekhel, yaitu kejujuran yang gw lakukan dengan maksud membuat gw nyaman, membawa pada kondisi tidak nyaman bwt gw (nah lho, dilema gw). Disini gw dihadapkan pada pilihan untuk tetap jujur tapi tidak nyaman, atau mengesampingkan kejujuran tapi gw tetep nyaman. Contoh kasus, pada saat lagi tertarik pada seseorang dan berusaha untuk menarik perhatian dia orang, ada pilihan untuk jujur kepada orang tersebut bahwa lo mang tertarik ma dia dan sedang berusaha menarik perhatian dia dengan konsekuensi orang itu bakal muak dengan semua sikap lo yang anoyying (kondisi tidak nyaman buat gw) atau bersikap tidak jujur (white lies), yaitu dengan memakai taktik untuk menarik perhatian orang tersebut dengan tujuan dia tertarik (jadi inget blogs nya ramadion soal perlu tidaknya melakukan semua daya upaya untuk menarik perhatian orang yang kita sukai). Dengan taktik membiarkan semuanya berjalan apa adanya tanpa harus mengungkapkan perasaan akan membuat kondisi tetap nyaman, tapi dengan konsekuensi tujuan untuk membuat dia orang tertarik kemungkinan tercapainya mencapai nol koma sejuta nol persen. Bingung khan. Sebenernya ada jalan tengah buat kondisi ini yaitu merubah tujuan utama untuk ”mendapatkan” dia orang dan bersyukur dengan keadaan saat ini yang udah cukup nyaman. Tapi apa ada yang mau mengesampingkan ambisi macem ini? Kalo gw sich ga.

Yang kedua, berhubungan sama notes nya echi soal pakaian a la anak-anak sekarang (buset dah serasa gw anak jaman dulu ya ^_^). Dari dulu gw menyimpan pendapat yang gw jarang utarakan soal ini, karena gw takut membuat orang lain tersinggung. Tapi setelah membaca notes nya khekhel dan Bimi gw jadi meyakinkan diri untuk menuliskan hal ini. Sejujurnya gw ngerasa keganggu bgt sama selera berpakaian anak-anak jaman sekarang yang bisa dikatakan “terbuka”. Sekarang emang lagi ngetrend bgt untuk memakai pakaian yang mempertontonkan keindahan bentuk tubuh. Jujur, gw sebenernya seneng-seneng aja dengan hal ini, lha wong dapet hiburan sapa yang nolak, gratis pula. Tapi yang jadi permasalahan adalah pola pikir orang-orang (dalam hal ini cewe-cewe) yang melakukan hal ini. Apakah mereka tahu dan mengerti kenapa mereka berpakaian seperti itu? Gw pengen bgt nanya ke mereka tujuan mereka melakukan hal itu. Kalo mang ditujukan untuk mempertontonkan kemolekan tubuh dan menarik perhatian para kaum adam, gw pikir cara ini ga masalah. Tapi kok jadi aneh ya? Soalnya gw ngeliat pakaian seksi tersebut di semua tempat. Ga cuma di tempat khusus untuk menarik perhatian kaum Adam. Apa memang tujuannya untuk menarik perhatian dari semua cowo yang ada di dunia? Kalo ini tujuannya jangan salahkan kalo tanpa dinyana pantat atau bagian tubuh kalian yang lain di pegang oleh ga tau sapa.

Yang jadi permasalahan berikutnya adalah kenapa semua cewe memakai cara yang sama untuk menarik perhatian pria (kita masih berbicara tujuan dari memakai pakaian sexy adalah untuk menarik perhatian cowo). Apakah untuk menarik perhatian cowo cuma dengan menjanjikan kemolekan tubuh? Karena gw ngeliat, tua-muda, gadis ataupun janda, mulai dari SD sampe yang udah punya anak, seneng bgt berpakaian sexy. Kalo emang begini adanya, gw turut berduka cita.

Yang lebih aneh lagi menurut gw adalah banyak bgt cewe yang maksa pengen jadi sexy. Kalo ada cewe yang kemolekan tubuhnya bernilai sembilan memakai pakaian yang mempertontonkan keindahan ini, gw bersyukur atas niatnya itu (lumayan cuci mata, hehehe). Tapi kok banyak bgt cewe yang ga sadar ma kondisi tubuhnya sendiri. Udah tahu lipetan perutnya ada dua belas, tapi dengan santai dan pedenya dia pake baju adeknya yang akhirnya memperlihatkan keanehan dunia nomor 13 tersebut. Belum lagi ada cewe yang kelebihan selulit banyak bgt di pantatnya, tapi dengan senang hati pake celana yang kedodoran yang memperlihatkan kelebihannya tersebut sampe belahan pantatnya keliatan. Ya ampun, sadar dong mbak. Kalo tujuan lo pake baju kaya gitu untuk menarik perhatian cowo, kayanya ga bakalan tercapai dech. Yang ada tuh cowo2 bakalan muak en ngindarin lo. Sedikit memberi saran, untuk menarik perhatian cowo or sapapun di dunia ini, ga cuma mempertontonkan tubuh caranya. Kalo lo dapet cowo cuma karena keseksian dan kemolekan tubuh, jangan salahkan kalo cowo itu ninggalin lo saat lo ga seksi or molek lagi (and i bet you will someday).

Pelajaran moral yang bisa gw berikan mengenai hal ini adalah lakukanlah semua hal berlandaskan pada tujuan. Sadari dengan benar tujuan, lalu pilih cara yang paling memungkinkan untuk mencapai tujuan tersebut. Dan perlu diinget, yang namanya cara banyak banget alternatifnya. Ada banyak jalan menuju roma Bung!

Arah dari notes ini mulai kebangun, pertama kejujuran, kedua adalah asas tujuan dan yang ketiga termaktub di notesnya Bimi. Setelah membaca notes yang cukup panjang ini, yang sebenernya adalah curhatannya Bimi (iya ngga bim? Hehehe), gw mendapatkan pemahaman bahwa semua hal yang sudah kita yakini dalam taraf kognitif, ga akan berarti apa-apa kalo ga diimplementasikan dalam perbuatan. Yap, lakukan lah hal yang sudah lo rencanakan dan jangan lupa untuk lo selesaikan, jangan berhenti di tengah jalan. Ngomong sich gampang, ngelakuin hal ini yang berat bgt. Sampe sekarang aja gw masih belum bisa. Tapi gw ga lelah berusaha. Cie gw. Hahaha

Sip, tiga hal udah jelas. Masuk ke hal keempat. Yang ini terinspirasi oleh notes yang berjudul apakah perasaan bisa di-hypnotherapy? Setelah membaca notes ini gw kembali disadarkan pada kondisi bahwa yang namanya perasaan tuh abstrak bgt. Lo ga bakalan bisa ngontrol variabel yang satu ini. Bahkan buat orang yang punya kekuatan pikiran cukup besar seperti gw, yang namanya perasaan ga bisa gw taklukan. Karena notes ini juga gw mempertanyakan perasaan gw? Bener ga ya yang gw rasain sekarang? Apakah emang bener gw suka? Apa mungkin gw bakalan mengalami hal serupa? Jatuh cinta pada orang yang salah, dan baru tahu hal ini setelah sekian lama. Terus, gimana gw bisa tahu bener apa ga? Pusing gilaaaaa.

Nah, kalo keempat hal tersebut digabungin mulailah gw curhat, hehehe. Curhatan yang ditujukan buat seseorang yang gw yakin akan baca note ini. Gw akan melandasi curhatan in dengan kejujuran. Sebuah hal yang akan gw tegakkan, walaupun konsekuensinya ga akan teraih gw punya tujuan.

Sejak awal putusnya hubungan gw yang terdahulu, gw menyimpulkan bahwa gw ga cocok dan keganggu bgt sama keribetan hubungan perasaan. Jadi gw sempat memutuskan kalo gw ga akan lagi menjalin hubungan macem itu. Gw sempat meramalkan, pun akhirnya gw tertarik lagi dengan hal macem gitu, gw akan mengkondisikan untuk meminimalisir dampak negatif berupa semua hal yang ribet itu dengan menjalani hubungan tanpa kejelasan. Membiarkan semua berjalan apa adanya sampai saat yang dinanti tiba. Tanpa perlu adanya pernyataan cinta dan pertanyaan untuk menjalani hal selanjutnya.

Lalu lo dateng tanpa dinyana, yang gw juga ga tau kenapa. Menjanjikan sebuah hal yang sesuai dengan ramalan. Lo bilang kondisi ini udah cukup nyaman. Dan kalo menurut konsepsi gw seharusnya juga demikian. Tapi seiring berjalannya waktu, mulai timbul rasa ragu. Apakah memang mau gw begitu? Sampe sekarang gw belom tau.

Gw mulai mempertanyakan kesesuaian konsepsi dengan tujuan. Sesuai dengan sifat gw yang plin-plan, wajar aja kalo gw bersikap demikian. Sebuah keadaan yang lo tawarkan, gw akui memang membuat gw merasa nyaman. Tapi namanya juga manusia, pasti berusaha mendapatkan lebih dari apa yang dia udah punya. Begitu juga gw. Kondisi nyaman ini, harus gw akui membawa sebuah konsekuensi yang akhirnya gw sadari. Sebuah kondisi nyaman yang dilandasi ketidakpastian tetap saja tidak menyenangkan.

Nah, akhirnya sampai pada pokok permasalahan. Mau gw buat gimana ne keadaan. Disini gw dihadapkan pada pilihan. Pertama, tetap bertahan pada konsepsi awal. Melanjutkan semua ketidakjelasan, menafikkan kejujuran demi sebuah rasa nyaman. Atau gw berterus terang, menyatakan keinginan, menepiskan semua keraguan, memberikan kepastian berlandaskan kejujuran, dengan resiko menghancurkan tatanan dan hilangnya kenyamanan.

Ops, ada yang lupa. Hal penting dan mendasar yang seharusnya jadi acuan semua perbuatan. Apa sebenernya yang jadi mau gw? Jujur aja sampe sekarang gw belom tau. Gw sangat berharp lo mau ngasih tahu.

Following advice ; As for ’speak a few reasonable words’, I just did it.

-gigih-
3 Agustus 2008

Jumat, 01 Agustus 2008

aplikasi 'notes' d facebook

Gw, sbgi orang yg memanfaatkan teknologi internet atas asas manfaat & kegunaan, makin kagum sama jejaring sosial dunia maya yg bernama Facebook (FB).

Pun waktu munculny FB lebih lama dari Friendster (FS), beragam aplikasi (app) yg bermanfaat utk kontak sosial d FB menawarkan kenyamanan & kemudahan utk tetap berhubungan, berbagi informasi & bertukar pendapat.

SAAT INI gw makin kagum ma FB dan sedikit berpaling dr FS krn adany app bernama notes. sebenarny app ini adlh app standar yg disediakan oleh FB bg setiap anggotany. tapi, jujur aj, gw tau hal ini blm lama. berkat jasa salah seorang temen gw yg sengaja tdk gw sebutkan namany (ntar geer dia,hehe).

Bentuk dasar dr app ini sbnrny sederhana, hanya sebuah catatan kecil yg dimaksudkan utk mencatat hal2 yg dirasa perlu dicatat. tapi, karena notes ini dpt dipublikasikan ke semua jaringan FB, maka notes ini berfungsi layakny sebuah blogs.
Bayangkan, melalui notes ini kita dpt melakukan banyak hal. mulai dari berbagi informasi berharga antar teman, sekedar mengeluarkan pendapat en then let our friends know sampai berusaha mengarahkan pendapat umum, curhat colongan (term ini berarti mencurahkan isi hati tdk secara langsung,biasany pake kata ganti orang ketiga ;p), ajang menambah kepopuleran, menyebarkan gosip hangat, bahkan dpt dipakai sbgi media utk mengeluarkan rayuan terselubung (gw pernah melakukan hal ini ;p )

Dengan sebuah kepastian bahwa semua orang yg berada di jaringan kita akan notes yg kita bwt (krn, d home FB ada news feed) makin menambah kemungkinan tulisan kita akan dibaca. maka perasaan senang en bangga krn tulisan kita dibaca, maka hal ini akan membuat perilaku menulis kita akan tetap bertahan. oleh karena itulah gw tetep berusaha utk menuangkan pikiran d notes (selain d blogs ini tentuny)
Akhirul kata, saya mengucapkan terima kasih yg se-besar2ny kepada pencipta FB dan semua tim FB yg tak henti2ny berkarya demi kemudahan dan kenyamanan bagi saya utk ber-FB ria ^_^

Minggu, 27 Juli 2008

Ngantuk

Cuaca hari ini mang ngdukung bgt bwt yg namany tidur. yap,TIDUR. sebuah aktifitas yg anehny dilakukan tanpa melakukan aktifitas apa2.

Hari ini panas memang. bkn cerah. krn sedari pagi sampai saat ini,matahari paling bnyk muncul sekian kali. mungkin dia sdg menghabiskan waktu bercengkrama dgn rembulan dbalik lindungan awan. malu mgkn dia bila dilihat dgn ta2pan nyalang oleh mata anak manusia. atau mgkn dia sdg mandi sinar matahari (sunbathing istilahny), dgn tujuan mempercantik diri. sehingga dperlukan tirai awan agar auratnya tdk kelihatan.

Terlepas dari ap yg sebenarny matahari sdg lakukan,imbas dr perbuatanny trsbt mengakibatkan sebuah keberuntungan -bagi be2rapa orang- krn menjanjikan sebuah ketenangan ke alam tanpa keterbatasan dan dgn seluas2nya kebebasan. alam tidur dan mimpi.

Siang ini, d pinggiran jalan paling padat d depok. du2k sendiri sambil mengamati hilir mudik kendaraan,yg entah mengapa d hari yg dtetapkan o/ pemerintah sbgi hari libur,msh saja padat merayap. ad ap gerangan? kmanakah mereka hendak menuju?

KIA Picanto merah melintas dgn cepat,dinaiki o/ spasang muda-mudi tanpa cacat. Toyota avanza yg jg berwarna sama,namun dgn spektrum yg sedikit bbeda dgn mobil yg pertama,melewati batas pandangan mata tp msh menyisakan suara d telinga. suara tangis bayi yg disahuti o/ tawa riang bbrp anak lainny. ehm,mgkn mobil keluarga yg akn menuju atau dr tempat wisata.

Sdkt terlihat byngn mobil lain yg melintas. mobil-mobil yg mgkn tak prnh terbersit d kepala akan mampu memiliki suatu saat nanti. bhkn ad bbrp mobil yg hargany mgkn tak dpt dbeli bhkn dgn menjual kepala. huahem... pertanda pertama lelahny mata. apkh ini mimpi siang hari?

Oops.. tiba-tiba ad spasang tangan yg menggamit kupuny lengan. yg bila dperhatikan mkn lama mbuat keinginan utk mengalihkan perhatian. spasang tangan kecil,hitam,dekil,dengan kotoran yg melekat entah sejak kpn. trasa sprti ajakan dr seorang teman utk melanjutkan pekerjaan. naik-turun mobil angkutan,dgn tujuan mengais recehan. baru mulai beranjak untuk memenuhi ajakan,saat spasang tangan itu melepaskan pegangan. diselingi senyum canggung dan anggukan kepala simbol permohonan maaf,karena ternyata dia salah orang. kubalas dengan tersenyum,ramah,tulus dan ikhlas. stlah menyadari akhirny dia pergi. kembali menjalani hari2 tanpa mimpi utk menikmati. hoahhem.. tanda berikutny dr kantuk yg mulai merayapi, menggapai dan merangkai mimpi.

Ah NGANTUK. TIDUR Ah..

Kamis, 24 Juli 2008

Numpang Blogging

Kosong.

Tanpa isi.

Mengarah tanpa arah, seperti atom yang bergerak mengarah kesegala arah.
Jadi, apakah sudah terarah jika sudah bergerak kesegala arah?
Pikirkan kembali.

Seperti peluru yang melesat di ruang hampa, seperti diam dengan kecepatan penuh.
Berbicara tanpa kata.
Implementasi hasil studi seperti berdiri tanpa kaki.

Seorang pesimis yang optimis.
Tertawa untuk orang lain, rapuh jiwa seperti kain.
Berharap air tawa bukan air mata.

Berhimpitan dalam jarak.
Sesak dalam kosong.



K.
Jakarta, pukul tiga dini hari.

Lupa, terlupakan, atau sengaja dilupakan.

Selama ini gw selalu dibingungkan oleh pilihan-pilihan yg harus gw tentukan. hal ini membuat gw seringkali berada pada keadaan yg membingungkan. tak ada ny konsideran pasti dalam pengambilan keputusan mengakibatkan gw menyerahkan pada keadaan. atau pada dalil dan ketetapan Tuhan sebagai alasan.

Dalam hal ini bokap membuat sebuah ramalan, atau lebih tepat disebut harapan. bahwa tepat hari ke 24 bulan 9, gw akan mulai menetapkan. proses menuju keAJEGan. tentu saja gw berusaha mewujudkan. tapi dalam prosesnya yg lebih kurang tinggal 3 bulan, terdapat banyak halangan. tepatnya pengalihan. gw sering lupa, terlupakan atau bahkan sengaja melupakan tujuan. lalu akankah keinginan terwujudkan?

Berbicara mengenai keinginan, sebenarnya ada hal penting yg harus dibicarakan. mungkin lebih tepat disebutkan direnungkan.

Apakah gw tahu gw punya mau? hal ini seharusnya yg dilakukan lebih dulu. mengingat sering kali gw tertipu, menganggap sebuah keinginan yg notabene hanya sebuah nafsu.

Lalu akhirnya gw menyadari. berkat catatan kecil seorang teman sejati. bahwa sebenarnya gw punya sebuah mimpi. mimpi besar, agung dan mulia yg gw yakini sebagai hakikat terciptanya diri. sebagai seorang paling berguna di muka bumi.

Kembali disadarkan pada Kenyataan, kurangnya Usaha agar Ambisi dapat terwujudkan.

this blogs is dedicated Sekar, someone who shed my life with light ^_^

Rabu, 23 Juli 2008

Sakit hati apa sakit gigi?

Pilih mana, sakit hati apa sakit gigi? pasti g mau dua2 nya dong. tapi bila dihadapkan pada kondisi yg mengharuskan pilih salah satu, anda pilih yg mana?
Kalau merujuk pada lagu Om Meggy Z, “daripada sakit hati, lebih baik sakit gigi ini. biar tak mengapa”
Mungkin bila dilihat dari kaca mata umum, pendapat Om Meggy Z ini akan dibenarkan. tapi bila ditilik lebih jauh, sebenarnya lebih baik sakit hati daripada sakit gigi. kenapa begitu?

Sakit gigi biasanya disebabkan oleh hal diluar kuasa kita. bisa karena kuman, bakteri, gigi yg memang bolong, dlsb. tp semua sebab itu berasal dari hal yg tidak bisa kita halang2i datangnya. proses penyembuhannya pun membutuhkan campur tangan orang lain -dalam hal ini dokter gigi- dan membutuhkan waktu dan biaya yg tidak sedikit.

Lain halnya dengan sakit hati. bila ditilik lebih jauh, sebenarnya sakit hati bersumber dari tidak terpenuhinya keinginan dan harapan diri sendiri. memang, kadang timbulnya sakit hati melibatkan peran orang laing. tapi perlu dicatat, orang lain ini hanya sebagai katalisator, media yg mempermudah timbulnya sakit hati, bukan penyebab utama -yg notabene diri sendiri-

Proses penyembuhan sakit yg satu ini pun relatif lebih mudah, karena hanya membutuhkan kesadaran, keikhlasan dan penerimaan akan tidak tercapainya keinginan. bila timbulnya sakit hati melibatkan orang lain -bukan disebabkan- diperlukan sedikit pemahaman dan pengertian akan keterbatasan orang tersebut untuk memenuhi keinginan kita. karena proses penyembuhan ini hanya membutuhkan daya, upaya dan usaha dari diri sendiri, maka tidak membutuhkan waktu dan biaya yg banyak.

Dengan logika sederhana pun, dapat dilihat lebih baik sakit hati daripada sakit gigi karena sebab yg lebih bisa dikontrol dan penyembuhan yg lebih murah dan mudah. jadi anda pilih mana, sakit hati atau sakit gigi. kalau saya, berdasarkan alasan yg saya sebutkan diatas, lebih memilih tidak dua2nya. lagian mana mungkin ada kondisi yg mengharuskan memilih salah satu dari kedua sakit tersebut. yg namanya sakit itu tidak enak, jadi wajar dong kalau saya memilih untuk tidak sakit hati maupun sakit gigi ^_^

Senin, 21 Juli 2008

6 L -Lemah, Letih, Lesu, Lemas, Lunglai, LURUH-

Blog selingan selama Nyindoro the series msh dlm thp pengerjaan.

Yang namany sakit mang ngeselin.
Makan g enak, tidur g nyenyak.
Badan yg Lemah,mauny cuma dirumah.
Gara2 Letih,bahkan berjalan harus tertatih.
Tubuh gw Lesu,mungkin krn jarang minum susu.
Mau braktifitas, badanny Lemas.
karena Lunglai,ada keinginan yg akhirny tak tercapai.
HAH.. Ribet bgt ya.

tapi, anehny, biar dalam kondisi yg mengkhawatirkan kaya gini, yang namany hati g bs diajak kompromi. harusny mah, ngapa2in udah ga bisa. tp yg namany mikirin 'dia', g ada berhentiny. padahal gw yakin, kinerja otak udah menurun sampai titik dimana yg namany mikir perlu waktu sejuta kali lebih lama. tapi, yang namany nampilin bayangan 'dia' di otak, cuma butuh nol koma sejuta nol detik. pas sakit aja segini cepet, gimana pas lagi sehat. bayangan 'dia' pasti ada dimana2, g cuma di otak doang.

yah, setidakny masih ada yg bisa gw syukuri pada kondisi kaya gini. which is, gw masih bisa mikirin 'dia' ^_^

' Tetapi ternyata aku kini LURUH dan jatuh pada dirimu. Dan kini ternyata aku dimabuk cinta pada dirimu '
-LURUH, eLeMeN-

Jumat, 11 Juli 2008

Nyindoro part 1 : From Campus With Hurt

Gunung Sindoro 3153 mdpl trletak di desa Kledung,Temanggung,Jateng. dari jakarta dpt dicapai dgn bis ke arah wonosobo lebih kurang 12 jam. dari terminal bis wonosobo prjalanan dilanjutkan dgn bis 3/4 jrsn magelang sktr 30 menit.turun tepat d gerbang masuk desa kledung. lebih kurang 150 m dari gapura,trdpt basecamp utk pendaki.Di basecamp ini pendaki melakukan pendaftaran pendakian dan membeli perbekalan bila perlu.

Gn Sindoro memiliki pmandangn alam yg ckp bgs,krn vegetasi yg jarang mbuat pemandangan trbuka ke sgala penjuru. be2rapa pnck gn lain dpt terlihat dari sini.Sbuah tempat yg bgs dan tpt utk 'momen' penembakan -meminjam istilah di Katakan Cinta- Sebuah rencana blandaskn keinginan yg dpt mnyebabkn kecewa,patah arang,sakit hati dan gangguan makan dan pencernaan. Seperti yg saya alami.

Semua hal ini bmula dari sbuah ketertarikan berlanjut kpd pengharapan dan berakhir di keputusasaan.Tapi hidup harus trs bjln ^_^

Kamis,10 juli 2008,rncna kbrgktn pdakian ke gn.Sindoro dan gn.Sumbing.
Wkt tpt mnunjukkn jam 12:00 WIB.padahal janji kumpul dikampus jam 12,tp sampai saat ini baru mau beranjak dari rumah di bilangan jakarta timur.Kalo diitung kasar,jam stgh1 baru smp kampus. yah,gpp lah sdkt terlambat. dgn sebuah tas besar di punggung,tentengan di tangan kiri dan 2 buah tenda di tangan kanan,mulailah gw jalan.diiringi dgn ta2pan aneh dari orang2 d spnjng jalan.Mereka pasti bpikir knp msh ada org aneh yg mau repot2 naek gunung.Belom lagi ditambah raut muka masam yg gw tampakkan,makin besarlah kecurigaan mereka soal perkiraan kalo orang yg naek gunung tuh aneh,pasti repot,capek dah gitu g menyenangkan pula.Buktiny muka gw ditekuk.

eits,tp jgn salah.Ne muka ditekuk bukan krn naek gunungny.Bayangan perjalanan pendakian ud bikin gw g bs tdr.Memikirkan seruny prjalanan,brtmbhny pengalaman dan indahny pmndangn,ud menghinggapi hati n pkrn gw be2rp hari blakangn.yg bkn ne muka gw tekuk spnjg jln adlh batalny rencana mmanfaatkn momen ini bwt penembakan,karena si korban -bukan target- g jadi ikut.Bahkan akhrny gw dpt pmahaman,pun si korban ikt,momen itu g akan kejadian.Karena akhrny gw sadar,si korban memang hanya korban dari pemaksaan keinginan.Ga mgkn ad penerimaan.

Tp,drpd prjlnan ini jd g enak krn suasana hati yg emang g enak. gw mncoba mengikhlaskan dan fokus sama perjalanan yg pst mnynangkn krn akn gw bwt bgtu.Prjlnn dimulai dari kmps,pun dgn ke2cewaan tp dgn niat mjdkn ny mnyenangkan..

bersambung...

Kamis, 10 Juli 2008

Nyindoro the series

Bersyukur banget ma kemajuan teknologi. berkat hape 3G, bisa blogging seenak udel smbl brpetualang. gw bisa menukilkan pengalaman selama perjalanan ke gn. Sindoro langsung dr tmpt kjadian. Real Time. wuiih.. Canggih..

nah, dgn memanfaatkn kcanggihan teknologi tersebut, gw akan membuat sebuah cerita berseri ttg perjalanan kali ini. cerita ini akan dibuat dgn sdt pandang orang pertama. cerita ini fiksi semata yg berdasarkan pengalaman pribadi. jadi, jgn menganggap semua hal yg gw tulis adalah nyata adanya, utk membuat cerita ini makin menarik maka hal ini dilakukan.

Eits,tp jgn salah. ada hal nyata juga didalam ny, sekalian curcol ;p
jadi,selamat mengira,menerka,dan menebak mana yg benar dan mana yg hanya rekaan dari penulis.

Selamat Menikmati ^_^



10 Juli 2008
-gi2h-

00:06

Dari balik selimut di atas tempat tidur
Bersandar pada bantal sambil memeluk guling
Akhirnya tersadar hatiku hancur
Meneguhkan niat diri untuk berpaling

Perlahan mata mulai terpejam
Kutarik selimut menutupi badan
Terkadang cinta terasa kejam
Padahal hanya masalah perasaan



10 Juli 2008
-gi2h-

Senin, 07 Juli 2008

Percayalah

Bila kau miliki mimpi

Semua asa pasti teraih

Gundah hilang bersama buih

Hadir pesona larikan pelangi

Dan bila kau percaya

Pada kuasa sang pencipta

Bahwa setiap nafas kehidupan

Pada setiapnya telah dirangkaikan jalan



16 Januari 2008
-gi2h-

Tahun Baru = Orasi

Tahun Baru adalah hari pertama pada awal tahun. Dimulai pada pukul 00:00:01 dan berakhir pada pukul 23:59:59.

Orasi adalah kegiatan berbicara di depan khalayak ramai, dengan suara lantang, sikap tubuh yang bersemangat, rasionalisasi yang baik dan logika yang memadai yang bertujuan mengajak, mempengaruhi bahkan menghasut khalayak ramai tersebut untuk mengikuti maksud dan tujuan orator (Gesang, 2007 ^_^)

Lalu apa hubungan antara tahun baru dan orasi? Kalau menurut definisi di atas, kayaknya ga ada sangkut pautnya dech. Truz, maksud dari judul Blog ini apa?

Seperti yang pernah gw bilang waktu menjawab pertanyaan dekson pada saat kampanye pemilihan anggota BPM F. Psikologi Independent tahun 2005 soal hubungan BPM dengan anjing, "Segala hal di dunia ini bisa di-hubung2kan". termasuk tahun baru dan Orasi.

Yap, semua hal bisa di hubung2kan. Beberapa hal memang sudah berhubungan, beberapa hal lainnya sengaja dihubungkan, beberapa yang lainnya terpaksa berhubungan, beberapa hal lagi tanpa sengaja berhubungan, dan beberapa hal sisanya dipaksa berhubungan (bukan hubungan badan lho, ngeres aja ne ^_^). Nah untuk kasus gw, tahun baru dan orasi tanpa sengaja berhubungan.

Sebelumnya, gw mau tanya. Tahun Baru pada kemana? wah seru Yach, he he he.,
Yap, seperti kebanyakan orang (ga ilmiah banget ya), gw dan kawan2 mencoba untuk merasakan semangat dan gairah tahun baru. Tadinya sich gw mau dirumah aja, TIDUR. Coz buat gw sama aja, ga penting lah tahun baruan. Tapi berhubung kekasih ku tersayang ingin merasakan momen tahun baru bersama diriku yang disayanginya dan teman2 terdekatnya, dan gw ga bisa menolak permintaan orang yg gw sayangi bgt ini, maka jadilah gw ikut konvoi anak2 mencari tempat keramaian. Dan berhubung tempat paling rame dan deket adalah Monas, maka kami memutuskan untuk kesana. Keputusan yang akan kami sesali akhirnya.

Jam 7 malem : Berangkat dari rumah menuju Monas
Jam setengah 9 : Terjebak hujan di kwitang.
Setengah 9 lewat dikit : Markir motor di salah satu gedung di kwitang karena ga mungkin lagi ngelanjutin perjalanan naek motor. Macet banget.
Jam setengah 10-an : Memutuskan untuk jalan kaki ke Monas.
Kira2 lewat lima belas menit jalan : Liat orang2 jalan pulang dari Monas.
5 menit kemudian : memutuskan untuk bertanya kenapa?
2 menit berikutnya : Dijawab karena udah ga bisa maju karena macet.
Semenit sesudahnya : Ga percaya. Nanya yang laen. Jawaban nya sama.
Sesaat berikutnya : Penasaran. Pengen Coba Liat.
Jam 10 lewat berapa tau : Terjebak di kemacetan Orang yg pengen ke monas.
Sampai 1 jam berikutnya : Terjebak di kemacetan dan kehujanan, Pengen Pulang.
Tengok Kiri-kanan, Depan-Belakang : Baru sadar ga bisa pulang. Macet.
Frustasi : Orasi.

Nah itu dia gambaran awal tahun baru gw. Kenapa coba gw mutusin untuk orasi. Hal yg belom pernah gw lakuin, bayangin aja belom. Gw tau orasi itu penting n keren bgt. Gw bahkan kagum sama orang2 yg jago orasi. Tapi gw sadar, orasi itu butuh keyakinan kuat tentang hal yang pengen di utarain. Kalo Orator ga yakin sama orasinya, gimana audiens mau yakin coba. Hal ini yang bikin gw ga mau orasi. Karena gw sadar, ga banyak hal di dunia ini yang gw yakini seratus persen kebenarannya.

Terjebak dalam situasi tidak menyenangkan, hujan, macet en pengen pulang. Tapi apa daya masih banyak manusia lain yang ga sadar ama kenyataan di depan mata bahwa mereka udah ga mungkin ngelanjutin perjalanan ke Monas, tapi te2p aja kekeh pengen maju ke Monas. Gimana bisa pulang gw?!

Sadar bahwa para domba tersesat ini perlu disadarkan, gw putuskan untuk Orasi, mengajak, menyuruh bahakan mengahsut para domba ini untuk pulang.

Dipenuhi oleh keyakinan bahwa banyak orang yang bernaib sama ma gw. Mulailah gw Berorasi. Gw coba untuk menyampaikan logika berpikir gw, bahwa udah ga mungkin melanjutkan perjalanan menuju Monas, jalanan terlalu Macet, gw minta kesediaan mereka untuk pulang. Konyolnya, gw dianggep orang aneh. Bahkan bapak2 disebelah gw memandang gw dengan semnyum mengejek trus bilang begini, " Yah mas ngapain sich, percuma aja, namanya orang Indonesia ". GILA. Padahal dia sendiri orang Indonesia, dan dia sendiri masih ga beranjak dari tempatnya. Secara langsung ne orang bilang dirinya mang ga beres.

Ga peduli dengan rekasi yg timbul, gw te2p berorasi karena gw pengen pulang. Sekitar 30an menit gw berorasi baru ada tanggapan. BEberapa sadar mang harus pulang. Tapi semua orang yg sadar itu cuma ngomong doang. ga berusaha beranjak pulang. Ada yg coba untuk pulang, tapi terhambat oleh orang2 yang pengen pulang tapi ga jalan tersebut.

Gw puter otak, kasih solusi. Gw orasikan solusi gw tersebut. Tiap orang yg pengen pulang gw minta untuk meyakinkan orang dibelakangnya untuk bergerak mundur, begitu seterusnya. Cukup berhasil. Kerumunan Orang yg pengen pulang bertambah. Menyadari akan banyaknya dukungan, gw mulai menyeru mereka semua untuk berteriak "Pulang, Pulang, Pulang".,
Dukungan tambah banyak. BErhubung suasana dan gairah mendukung, sekalian gw nyanyi " Mari Pulang, Marilah Pulang, Kita mau Pulang, Tolong Kasih Jalan...".,
Ga nyangka yg ikut nyanyi banyak. Akhirnya orang2 yang masih keke2h untuk maju ke Monas mulai ngasih jalan. ALhasil Kami bisa PUlang..,

Akhirnya gw sadar ternyata Orasi itu Menyenangkan ^_^



8 Januari 2008
-gi2h-