Minggu, 16 November 2008

Laki-laki yang memaki hari

Kupijakkan kaki di sebuah ruang tempat para cendikia melacurkan diri
Barang dagangan abad 21, jaminan mutu tentu
Dibiakkan oleh kerelaan jelata menyisihkan keringat
Jelata yang menjerit, didekat telinga yang tersumbat

Kulirikkan mata mencari asal suara
Ternyata berasal dari jubah bersulam permata di sebelah kanan dada
Simbol perjuangan
Perjuangan mempertahankan kondisi pasar dan dagangan

Aku, laki-laki yang memaki hari
Dengan seribu umpatan berloncatan keluar dari celah antara dua bibir
Kenapa???
Kaubiarkan semua terjadi, dibawah pandangan matamu yang kan hilang berganti malam

Aku, laki-laki yang salahkan malam
Yang melaksanakan tugasnya dengan tanpa ada sedikitpun keraguan
Menggantikan siang saat masalah belum terselesaikan
Ah, alamat masalah kan terulang

Aku, laki-laki yang menundukkan kepala
Sebentar kemudian mengheningkan cipta
Bermunajat
Berdo’a

Aku, laki-laki yang percaya Tuhan
Tak lagi kugunakan perasaan
Mencari pembenaran untuk membela kebenaran
Hanya bermodalkan sebuah keyakinan

Aku, laki-laki yang menyeru
Kepada semua yang takkan mendengar
Lubang kuping tersumbat benda tebal
Tumpulkan pikiran dan rasa kepedulian

Aku, laki-laki yang menyadari
Sebatas ini daya yang kupunya
Kan kurangkai sebuah cerita

Aku, laki-laki
Aku, takkan lari
Aku, berjuang sendiri
Aku, laki-laki

Tidak ada komentar: